Judul : PRODUKSI MEDIA (Media Pembelajaran)
link : PRODUKSI MEDIA (Media Pembelajaran)
PRODUKSI MEDIA (Media Pembelajaran)
BAB I
Produksi media merupakan cara untuk membuat dan menghasilkan media terutama yang ditekankan disini adalah pembuatan media pendidikan. Dapat digaris bawahi cara disini untuk menciptakan media terutama media elektronik bukan membuat alatnya tetapi membuat apa yang akan ditampilkan di dalam alat tersebut. Media dapat dibagi menjadi beberapa jenis seperti media visual, audio visual, media cetak, elektronik, media 2 dimensi dan media 4 dimensi. Tidak semua cara pembuatan media dapat ditampilkan di dalam makalah ini tetapi hanya media yang sering digunakan dalam kegiatan pembelajaran saja yang akan dibahas dalam makalah ini..
Media dapat dibagi menjadi beberapa jenis, seperti: media visual (yang dapat di lihat), audio visual (yang dapat di nikmati melalui pendengaran dan penglihatan), media cetak (koran, majalah dan sebagainya), elektronik (HP, kamera, dan sebagainya), media 2 dimensi dan media 4 dimensi. (seperti gambar-gambar, patung dan sebagainya) Pembahasan lebih lanjut akan di jelaskan pada pembahasan II tentang Produksi Media.
BAB II
PRODUKSI MEDIA
A. Pengertian
Produksi media merupakan segala upaya yang dilakukan untuk menciptakan dan mengolah (produksi) media (benda visual maupun non visual) dengan cara mempergunakan segala sumber daya (tenaga, pikiran, dan dana). Berikut ini adalah upaya-upaya yang dilakukan untuk memproduksi media terutama media yang berkaitan dengan dunia pendidikan. Dalam makalah ini akan membahas produksi media yaitu media non elektronik dan media elektronik.
B. Produksi Media Gambar Dan OHP
1. Media gambar cetak
Untuk memproduksi media gambar ada beberapa cara dari yang paling sederhana sampai dengan yang paling modern. Untuk memproduksi media gambar yang paling sederhana misalnya kita ingin membuat gambar tentang rambu-rambu lalulintas, membuatnya cukup dengan karton pinsil dan gunting caranya dengan membentuk gambar rambu-rambu lalulintas lalu digunting. Untuk cara yang semi modern kita dapat mensablon gambar tentu saja kita harus datang ke tempat penyablonan karena butuh alat khusus dan keahlian untuk menyablon. Untuk cara yang paling modern kita dapat mempergunakan kema digital yang memiliki relsolusi Pixel yang tinggi untuk memotret gambar-gambar yang ingin dijadikan media, kita transfer data ke komputer lalu kita edit sesuai dengan keinginan kita selanjutnya dicetak, atau dengan men scaner yaitu dengan memasukan gambar yang ingin dijadikan media ke alat scan lalu kita transfer ke komputer yang selanjutnya di edit dan di cetak. Atau cara yang paling efektif yaitu mengumpulkan gambar-gambar yang dapat dijadikan media pengajaran dari berbagai majalah, koran dan lain-lain lalu dibuat kliping. Sebenarnya untuk media gambar di zaman sekarang ini tidak susah untuk diperoleh sekarang banyak dijual gambar-gambar yang dapat digunakan sebagai media pendidikan kalau tidak ada yang menjual kita juga dapat mencari ke internet. Cara yang dikemukakan diatas bisa juga untuk memproduksi media seperti gambar grafik, diagram, bagan dan sebagainya.
2. Plastik Transparan
Plastik transparan berwarna bening dan tembus pandang sehingga jika kita menuliskan sesuatu di plastik tersebut maka bila di letakan di OHP tulisan tersebut akan terbaca. Terdapat dua cara untuk membuat plastik tersebut cara pertama ialah dengan menulis menggunakan spidol permanen di atas plastik, cara yang kedua adalah dengan mengkopi dari kertas biasa ke plastik transparan.
C. Produksi Audio
1. Studio Produksi
Program audio direkam di dalam suatu studio produksi atau juga disebut studio rekaman. Studio ini terdiri dari dua ruangan, yaitu ruangan kontrol dan studionya, yang keduanya dibatasi dinding berjendela kaca sehingga orang yang ada di dalam kedua ruangan itu dapat saling melihat.
Ruang kontrol dilengkapi dengan alat rekaman, yang biasanya terdiri dari alat rekaman audio, alat pemutar audio, alat pemandu suara, dan tombol pengatur suara. Di samping itu terdapat pula alat untuk penyuting suara.
Ruang studio adalah sebuah ruangan yang kedap suara. Ruang ini diperlengkapi dengan berbagai mikrofon, tempat duduk pemain, alat musik, misalnya piano, perlengkapan untuk mebuat FX, dan pengeras suara.
Kedua ruangan tersebut dihubungkan dengan interkom, yang memudahkan orang diruang kontrol berkomunikasi dengan oramg-orang di dalam studio.
2. Pembagian tugas dalam produksi
a. Sutradara.
Sutradara adalah pimpinan produksi, baik buruknya hasil produksi tanggung jawabnya ada pada sutradara.
Sebelum produksi dimulai seorang sutradara harus mempelajari naskahnya denga teliti, sehingga ia mempunyai interprestasi yang baik terhadap setiap adegan dari naskah itu.
Ia juga harus dapat menghayati benar perwatakan yang dibawakan oleh masing-masing pelaku dalam naskah itu, serta dapat membayangkan musik dan sound effect yang bagaimana diperlukan untuk mendukung terciptanya suasana seperti yang dikehendaki oleh naskah itu.
Setelah naskah dipelajari sutradara bertugas mengatur perbanyakan naskah yang akan diproduksi. Kertas yang digunakan seyogyanya kertas yang agak tebal agar tidak mudah terlipat dan tidak menimbulkan suara dalam waktu produksi nanti.
Sutradara harus memilih pemain yang akan membawakan naskah sesuai perwatakan tiap pelakunya. Sutradara yang telah biasa memimpin produksi biasanya telah mempunyai koleksi pemain, dan sudah mengenal dengan baik kemampuan masing-masing pemain sehingga ia dapat memilih pemain yang paling sesuai untuk diserahi tugas memegang peran tertentu. Bila ia belum mengenal pemainnya ia harus memilih pemain tersebut melalui audit atau seleksi.
Bila ia telah menentukan pemain untuk setiap peran, sutradara harus segera membagikan naskahnya. Karenanya dalam rekaman nanti mereka dapat membacanya. Yang penting mereka harus dapat menghayati perwatakan yang harus dibawakannya, dan dapat membaca naskah sesuai perwatakan itu.
Sutradara harus memesan studio rekaman sesuai dengan prosedur yang berlaku supaya pada saatnya nanti, studio tersebut tidak dipakai oleh orang lain dan dalam keadaan siap untuk digunakan.
Setelah studio rekaman diperoleh dengan pasti, sutradara menyampaikan undangan tertulis kepada semua pemain dan kerabat kerja dengan menyebut secara jelas jam, tanggal dan tempat rekaman itu. Undangan ini jangan diberikan dalam waktu yang sangat mendesak.
Sutradara bertugas memilih musik yang sesuai dengan suasana yang akan diciptakan. Dia perlu datang ke perpustakaan dan mencoba lagu yang dicarinya satu persatu untuk mendapatkan lagu yang benar-benar sesuai dengan naskahnya. Bila telah menemukan lagi itu maka naskah-nya harus ditandai dengan tinta yang jelas: nama lagu, nomor piringan hitamnya, track ke berapa, berapa panjangnya.
Sutradara juga harus mencari sound effect yang sesuai dengan suasana naskahnya. Bila naskahnya ingin menggambarkan seorang Direktur yang pergi dengan mobil, misalnya tentunya ia harus memilih suara mobil sedan yang baik dan bukannya suara truk atau pick-up. Seperti halnya dalam memilih lagu. Setelah FX tadi ditemukan ia harus memberi tanda pada naskahnya: nama FX, nomor piringan hitam, track keberapa, berapa panjangnnya. Jika FX itu tidak diambil dari rekaman melainkan harus diciptakan sendiri ia harus mencoba bunyi yang akan diciptakannya itu, misalnya ketukan-ketukan pintu, langkah kaki, dering telepon. Ia harus mengadakan peralatan yang diperlukan untuk menciptakan suara-suara itu, menentukan tempat studio itu dimana bunyi-bunyi itu akan diciptakan, berapa jarak microfon dari sumber bunyi itu dan sebagainya.
Sutradara harus dapat bekerja sama dengan teknisi dengan baik. Teknisi adalah orang yang membantunya dalam rekaman. Betapa bagusnya pun gagasan sutradara tentang tentang program yang akan diproduksi, bila teknisi atau oprator yang akan merekam tidak paham tentu hasilnya kurang baik. Karena itu ia harus membicarakan naskahnya dengan teknisi atau oprator yang akan membantunya itu. Ia juga harus membicarakan tentang keluar masuknya FX, efek apa yang ingin diperoleh dari musik dan FX itu, berapa lama musik dan FX itu diperlukan dan sebagainya. Selanjutnya ia harus membicarakan tentang bagaimana FX yang digunakan. Ia juga harus memberitahukan kepada teknisi ada berapa mikrofon yang bagaimana yang diperlukan.
b. Kerabat kerja
Dalam produksi audio kerabat kerja yang diperlukan hanya dua orang oprator. Seorang oprator melayani pengaturan tombol rekaman serta bertugas mengatur jalannya pita rekaman pada alat perekam. Ia juga yang bertanggung jawab membuat saluran yang menghubungkan mikrofon dengan mesin perekam.
Seorang operator lainnya bertugas menyiapkan musik dan sound effect yang akan digunakan dalam rekaman. Ia harus memasang piringan hitam pada meja putar dan memasang jarum tepat pada track musik atau FX yang diperlukan. Teknisi bertugas sesuai dengan petunjuk sutradara.
c. Pemain
Yang dimaksud dengan pemain ialah orang-orang yang ditunjuk untuk membacakan naskah. Biasanya seorang pemain hanya memegang satu peran saja dalam suatu naskah tertentu.
Seorang pemain yang telah menyanggupi untuk ikut rekaman berkewajiban mempelajari naskahnya. Ia harus menghayati benar pesan yang akan dibawakannya. Ia harus melatih diri membaca naskahnya supaya dalam rekaman nanti tidak terdengar kesan bahwa naskah itu dibaca, melainkan terdengar seperti orang yang bercakap atau bercerita. Dalam latihan membaca ini bila perlu ia dapat memberi tanda-tanda baca pada naskahnya.
Pemain harus mengikuti petunjuk sutradara dalam membawakan perannya. Seorang pemain tidak boleh kecil hati kalau membacanya dianggap kurang betul oleh sutradara, dan harus membetulkannya sesuai dengan petunjuk sutradara.
Pada waktu yang telah ditentukan pemain harus datang tepat pada waktunya. Jam menggunakan studio adalah terbatas, karena itu pemain harus berusaha agar tidak menyebabkan terbuangnya waktu penggunaan studio dengan sia-sia.
3. Pelaksana Produksi
Pada waktu rekaman yang telah ditentukan seorang sutradara harus datang lebih awal dari para pemain lainnya. Segera setelah sampai di studio ia bertugas mengecek apakah studio telah siap untuk dipakai. Ia harus bertemu dengan oprator untuk mengecek apakah mereka telah menyiapkan segala perlengkapan yang diperlukan.
Sutradara seyogyanya menyambut dengan ramah setiap pemain yang hadir. Jangan sampai ada pemain yang merasa tidak memperoleh perhatian dari sutradara. Hal ini dapat mempengaruhi kinerja pemain.
Setelah pemain lengkap sutradara segera memimpin latihan. Latihan dapat dimulai dengan latihan kering, yaitu latihan yang dilakukan di luar ruang studio dan dikerjakan tanpa musik dan FX. Yang diutamakan dalam hal ini ialah pemahaman isis naskah, penghayatan peran masing-masing pemain, cara membaca naskah.
Setelah pemain untuk memebaca bagian masing-masing sesuai dengan urutan naskah. Sutradara akan memebtulkan cara membaca yang belum betul. Dalam hal ini sutradara harus dapat memeberi contoh, misalnya bagaimana cara menangis, cara tertawa, dan sebagainya.
Setelah latihan selesai pemain dipersilahkan masuk ke studio. Sutradara dan kerabat kerja di ruang kontrol. Sutradara memberi petunjuk dimana pemain harus duduk atau berdiri, dan mikropon yang mana yang digunakan oleh masing-masing pemain.
Sutradara memberi petunjuk tentang tanda-tanda yang digunakan dalam memimpin produksi. Pada umumnya petunjuk dilakukan dengan menggunakan tanga; pemain melihat tanda-tanda itu melalui jendela kaca tembus pandang yang membatasi ruang studio dengan ruang kontrol. Tanda yang biasa digunakan misalnya: bila sutradara menunjuk seorang pemain artinya pemain itu harus memulai membaca teks naskahnya; meletakkan tangan dileher seolah-olah menggorok leher berarati rekaman terhenti karena ada kesalahan dan harus diulang; mendekatkan kedua tangannya naik pemain harus lebih dekat dengan mikropon; menggerakan tangannya naik turun berarti membacanya harus diperlambat; dan sebagainya.
Langkah-langkah berikutnya ialah mengadakan tes suara. Setiap pemain diminta membaca di depan mikropon secara bergantian. Tinggi rendahnya suara diatur supaya tidak terlalu lemah dan juga tidak terlalu keras. Dalam mengukur level suara ini sutradara dan oprator mengecek suara itu melalui jarum dialat rekaman. Setelah level suara ditentukan, pemain bersangkutan harus mengingat jarak mulutnya ke mikropon dan volume suara yang digunakan waktu tes suara tadi. Dalam rekaman nanti level suaranya harus diusahakan supaya sama dengan levelnya waktu tes suara.
Sekarang semua telah siap untuk melakukan latihan basah. Pemain diminta membaca peran masing-masing sesuai naskah, didepan mikropon. Dalam latihan ini musik dan FX sudahdigunakan benar-benar. Dalam latihan ini sutradara bertindak sangat kritis, setiap terdapat kesalahan atau kejanggalan sutradara menghentikan latihan dan memberi petunjuk untuk perbaikan. Adegan itu kemudian diulang kembali. Latihan seperti ini biasannya lebih lama dari rekaman sesungguhnya.
Setelah latihan berjalan baik rekaman segera dilaksanakan. Bila dalam rekaman ini masih juga terjadi kesalahan, sutradara melakukan perbaikan dengan cara:
1. bagian yang salahdihapus dan adegan yang salah tadi diulang kembali. Bila hal ini yang dilakukan, jalannya rekaman biasanya agak lama, namun pada saat rekaman selesai telah diperoleh program hasil final.
2. adegan yang salah diulang kembali tanpa mengahapus kesalahan tadi. Bila hal ini yang dilakukan rekaman dapat berjalan agak cepat. Setelah selesai rekaman, sutradara dan oprator masih harus mengedit kembali hasil rekaman itu untuk membuang bagian-bagian yang tidak terpakai.
Setelah rekaman selesai sutradara berkewajiban mengucapkan terimakasih kepada seluruh pemain dan oprator.
D. PRODUKSI FILM BINGKAI
1. Jenisnya
Dalam memproduksi program film bingkai ada dua jenis kegiatan produksi yang dapat dilakukan secara berurutan, yaitu:
1. produksi visualnya. Pada bagian visual yang meliputi gambar-gambar grafis dan caption serta gambar-gambar yang dapat diambil dari benda sesungguhnya atau modelnya diproduksi semuanya.
2. produksi audionya, yaitu narasi dan musik serta sound effect. Cara memproduksinya sama dengan memproduksi program audio yang telah diuraikan di bagian terdahulu. Bahkan biasanya lebih sederhana. Yang perlu diperhatikan dalam hal ini ialah bahwa narasi dan musik serta FX-nya harus sesuai dengan visualisasinya.
2. Alat yang dipergunakan
Untuk memproduksi bagian visualnya diperlukan berbagai alat, misalnya:
1). Kamera, ada berbagai jenis kamera yang dapat digunakan. Yang penting anda mempunyai keyakinan akan dua hal yaitu pertama, anda harus yakin bahwa juru kamera anda dapat mengoprasikan kamera itu dengan baik; yang kedua, kamera itu harus dapat menghasilkan gambar yang diinginkan. Bila anda tidak dapat mencari juru kamera dan anda sendiri kurang paham bagaimana memotret dengan kamera yang rumit dapat digunakan kamera istamatic. Kamera yang rumit memang lebih luwes dan dan mempunyai kemampuan yang lebih besar, tetapi memerlukan keahlian yang cukup untuk menggunakannya. Namun kamera apa pun yang anda gunakan bila anda atau juru kamera anda mau cukup hati-hati dalam membuat komposisi gambar dan dalam memotretnya anda tentu akan memperoleh gambar yang baik.
2). Film yang digunakan, Untuk membuat film bingkai digunakan film khusus untuk film bingkai, misalnya kodachrome. Film untuk film bingkai ada yang berwarna ada yang hitam putih. Berdasarkan penelitian yang dilakukan di negara yang telah maju memang film hitam putih dan berwarnalah memberikan perbedaaan efektivitas belajar yang berbeda pada diri siswa. Namun biasanya film berwarna lebih menarik untuk dilihat.Waktu membeli film perlu diperhatikan di mana pengambilan gambar akan dilakukan. Film yang digunakan dengan sinar matahari, lampu flash biasa dan lampu pijar biasa, berbeda dengan film yang digunakan dengan mengambil sinar lampu neon.
Hal lain yang perlu diingat waktu membeli film ialah ASA dari film itu. bila anda akan mengambil gabar-gambar di pantai atau di udara terbuka yang sinarnya terang ambil saja ASA yang sinarnya sedang misalnya 64. tetapi bila anda akan mengambil gambar di tempat tertutup dengan sinar lampu yang kurang terang, dan anda tidak ingin menggunakan flash gunakan ASAnya tinggi, misalnya 1000.
3). Tiang penyangga untuk mengkopi (Copy stand), Bila anda akan memotret gambar grafis atau caption, biasanya gambar tersebut diletakkan di atas meja dan gambar diambil dari atas. Mengambil gambar seperti ini tanpa tiang penyangga sangat sukar karena kita akan cendrung bergerak, sehingga gambarnya tidak akan tajam.
Untuk keperluan itu disediakan tiang penyangga khusus yang disebut copy Stand. Di samping tiang penyangga itu anda memerlukan juga dua buah lampu untuk memberi sinar objek yang akan difoto. Lampu tersebut juga diletakkan pada tiang penyangga dan dipasang di sebelah kanan dan kiri gambar atau grafis yang akan difoto.
4). Alat Perekam AudioUntuk merekam narasi dan bunyi-bunyi yang lain kalau memungkinkan seyogyanya rekaman dilakukan di studio rekaman seperti yang digunakan untuk merekam program audio.
Bila tidak dapat menggunakan fasilitas seperti itu, anda dapat merekamnya dengan menggunakan mesin perekam biasa (tape recorder). Tentu saja mutu rekaman seperti itu tidak akan sebaik kalau rekaman dilakukan dilakukan distudio. Bila anda merekam dengan alat seperti itu sebaiknya rekaman dilakukan di kamar tertutup pada malam hari pada saat suasana sunyi, sehingga tidak banyak suara-suara tidak diperlukan ikut terekam.
3. Kerabat Kerja
Seperti halnya dalam produksi audio dalam produksi film bingkaipun diperlukan seorang sutradara yang akan memimpin produksi dan yang bertanggung jawab atas baik buruknya hasil produksinya.
Sutradara tersebut perlu dibantu oleh kerabat kerja yang terdiri dari:
Seorang juru kamera yang terampil dalam menggunakan kamera 35 mm. Tugas juru kamera ini mengambil gambar sesuai petunjuk sutradara.
Seorang atau lebih seorang grafik artis ditugasi untuk membuat caption dan menggambar benda, peristiwa, bagan, dan sebagainya yang akan dipotret. Grafik artis ini harus telah menyelesaikan gambar-gambarnya sebelum saat produksi tiba.
Seorang atau dua orang oprator yang bertugas membantu sutradara dalam merekam narasi dan musik.
Pemain yang akan memperagakan prilaku-prilaku tertentu yang akan diambil gambarnya sebagai model.
4. Pelaksanaan Produksi
Bila anda membuat program film bingkai tentunya anda perlu membuat judul program film bingkai dibuat dengan membuat caption yang bertuliskan judul film tersebut. Caption tersebut biasanya dituliskan pada sebuah karton yang berukuran panjang: lebar = 4 : 3 cm.
Bila nama-nama penulis naskah, sutradara, dan kerabat kerja yang lain akan di cantumkan di dalam program, nama-nama tersebut juga harus dituliskan pada karton dengan ukuran seperti tersebut diatas.
Seringkali benda-benda atau peristiwa-peristiwa yang perlu disajikan melalui film-bingkai yang kita buat, sukar dijumpai. Dalam hal seperti itu benda atau peristiwa itu harus digambar. Gambar-gambar itulah yang nantinya kita potret.
Hampir semua jenis kamera dapat digunakan untuk memotret caption dan gambar-gambar grafis. Namun lensa kamera yang anda pakai itu harus ditambah dengan lensa close up. Anda dapat juga menggunakan lensa makro. Bila anda menggunakan lensa close up, lensa close up tersebut dipasang di ujung lensa kamera anda. Seringkali tidak cukup dengan hanya menambah satu atau dua lensa close up. Bila ojek yang dipotret kecil, anda perlu menggunakan lebih dari satu lensa close up. Bila anda ingin menggunakan lensa makro, lensa pada kamera anda harus di lepas digantikan dengan lensa makro itu.
Gambar grafis yang akan anda potret dapat diletakkan di atas meja. Di kiri dan kanan gambar tadi perlu anda pasang dua dua buah lampu yang memiliki reflektor. Lampu dipasang begitu rupa sehingga arah lampu itu membentuk sudut 45 derajat dengan tiang penyangga kameranya. Sinar dari kiri dan kanan itu harus sama. Tiang penyangga kamera ditempatkan ditengah gambar begitu rupa sehingga kamerannya tepat berada diatas gambar tersebut.
Sebelum mengambil gambar anda perlu ingat bahwa diagfrahma kamera anda perlu diatur. Untuk mengambil gambar dengan menggunakan lensa close up seyogyanya anda menggunakan pembuka lensa (lensa opening) berukuran f/8, atau lebih kecil lagi. Untuk menyesuaikan kecepatan dengan pembuka lensa tersebut, gunakan karton berwarna abu-abu. Tumpangkan karton itu di atas gambar yang akan dipotret. Sinar pantulan dari karton itulah yang anda ukur. Setelah karton abu-abu itu anda ambil mungkin sekali light meter pada kamera anda akan berubah; hal tersebut tidak perlu anda hiraukan. Ukuran sinar dari karton abu-abu tadi tidak akan sesuai untuk gambar-gambar yang akan dipotret.
Pemotretan benda-benda atau peristiwa secara live, yaitu diambil dari benda atau peristiwa sesungguhnya, dilakukan dengan cara seperti yang biasa ditempuh dalam memotret.
Perlu diingat bahwa dalam memotret film bingkai, diagfragma harus kita perbesar setengah stop. Misalnya jika pada saat diukur dengan light meter diagfragma menunjukan angka 11, maka supaya hasil pemotratan terang diagfragma perlu dibuka setengah stop lagi yaitu antara 8 dengan 11.
Untuk mengambil benda, orang atau peristiwa yang penting yang pengambilannya sukar diulangi, misalnya tempatnya jauh, objeknya orang besar dan sulit untuk ditemui, dan sebagainyadisarankan pengambilannya dengan menggunakan rasio yang cukup. Artinya obyek tersebut diambil beberapa kali dengan mengubah-ubah diagfragmanya, dan nanti hasil yang terbaik itulah yang dipakai.
Kalau dalam pengambilan gambar ini sutradara dibantu oleh juru kamera yang baik, sutradara cukup memberitahukan saja kepada juru kamera gambar yang bagaimana yang ia kehendaki, bagaimana komposisinya, lingkup pengambilannya apakah LS, MS, atau CU, sudut pengambilannya apakah low, high atau eye level. Yang melaksanakan pengambilan gambar adalah juru kameranya.
Bila pengambilan gambar telah selesai film tersebut perlu segera dibawa ke laboratorium film untuk dikembangkan (develope, process). Bila kita dapat mengembangkan sendiri tentu juga boleh dikembangkan sendiri. Tetapi perlu diingat kalau jumlah film hanya sedikit biaya mengambangkannya sendiri akan jauh lebih mahal daripada kalau kita bawa ke lab film. Persoalannya, obat pengembang film itu akan rusak jika tidak segera dihabiskan. Padahal kita tidak dapat membeli obat dalam jumlah yang kecil.
5. Editing Film Bingkai
Setelah film dikembangkan film tersebut perlu kita edit. Pada bagian atas pernah kita mengulas bahwa dalam mengambil gambar kita menggunakan rasio yang cukup. Dengan demikian untuk setiap objek yang kita ambil, kita akan mempunyai beberapa gambar. Di dalam editing ini gambar-gambar itu kita perbandingkan dan kita ambil yang paling baik dan yang paling susuai untuk program kita.
Editing ini dilakukan dengan menggunakan meja editing. Meja editing itu adalah sebuah meja bagian atasnya dibuat dari plastik buram yang rupanya seperti lampu neon. Dibawah meja dipasang lampu yang cukup terang. Sehingga kalau lampu dinyalakan bagian atas meja itu akan menjadi terang.
Di atas meja itu juga diletakkan sebuah papan plastik yang dipasang miring kira-kira membuat sudut 120 derajat dengan bagian atas meja. Papan plastik ini juga dibuat dengan bahan yang sama seperti bagian atas meja tadi. Dibagian belakang papan plastik ini juga dipasang lampu yang cukup terang. Pada permukaan papan plastik miring ini diletakkan sekat-sekat memanjang, tempat meletakkan film supaya tidak jatuh.
Film yang telah selesai dikembangkan dipotong-potong dan diletakkan diatas meja tadi. Bila lampu dinyalakan kita akan dapat melihat gambar pada film tadi dengan jelas. Kalau gambar yang sama tadi kita jajar-jajar di atas meja, kita dapat membandingkannya dengan mudah dan dapat memilih gambar yang paling baik.
6. Memberi Bingkai Film
Film bingkai supaya mudah diproyeksikan ke layar harus diberi bingkai. Bingkai ini ada yang dibuat dari plastik dan ada yang dibuat dari plastik ada yang dibuat dari karton. Bingkai ini berukuran 5 x 5 cm. Bagian dalam berjendela dengan ukuran 21/12 x 31/2 cm.
Film yang telah dipotong-potong tadi dipasang tepat pada jendela bingkai itu. Kemudian diatas film tadi dipasang bingkai satu lagi, sehingga tepi film tadi terjepin dua bingkai, sedangkan bagian yang bergambar terpasang rapi di jendela.
Agar bingkai tadi tidak lepas harus dikunci. Pada bingkai karton yang digunakan sebagai pengunci ialah lem. Pada bingkai plastik sudah ada lubang-lubang penguncinya. Bila lubang-lubang itu ditekan dengan kuat, bingkai itu akan melekat erat satu sama lainnya, sehingga film yang telah dipasang tidak dapat bergeser-geser lagi.
Film-film yang telah diberi bingkai diletakkan di papan yang miring pada meja editing itu. Film-film itu kita letakkan dengan urutan sesuai dengan naskah yang telah disusun setelah urut bingkai tadi diberi nomor.
Cara menuliskan nomor adalah sebagi berikut:
Kita pegang film bingkai tadi sehingga bagian yang mengkilat menghadap pada kita. Gambar kita putar sehingga kepala bingkai itu ada dibawah. Sekarang tuliskan nomor itu disudut kanan atas dari bingkai film itu. Penomoran ini perlu kita lakukan secara demikian karena kita akan menyajikan film dengan menggunakan proyektor film tersebut harus dipasang dengan posisi terbaik.
7. Merekam Narasi
Narasi, musik dan sound effect pada program film bingkai harus sesuai dengan visualnya. Karena itu dalam merekam bagian audio dari program film bingkai kita harus sesuaikan denganurutan visualnya. Disamping itu perlu juga diingat bahwa dalam penyajiannya nanti film bingkai diproyeksikan ke layar satu persatu secara berurutan. Pergantian dari bingkai yang satu ke bingkai yang lain itu memakan waktu beberapa detik. Perlu diusahakan supaya narasi berhenti pada saat pergantian film terjadi.
Sebaiknya setiap kali gambar muncul di layar, penonton diberi waktu beberapa detik. Perlu diusahakan supaya narasi berhenti sejenak pada saat pergantian terjadi.
Sebaiknya setiap kali gambar muncul di layar, penonton diberi waktu beberapa detik untuk membaca makna visualisasi itu, setelah itu informasi yang sekiranya sukar diperoleh dari gambaran visual itu saja diperjelas dengan narasi.
Untuk memudahkan dalam penyajian nanti, setiap kali raian yang berkaitan dengan gambar tertentu selesai disampaikan perlu diberikan bunyi bel sebagai tanda bahwa film bingkanya perlu diganti dengan ururtan berikutnya.
Tanda bel yang diberikan di sini cukup pendek saja, misalnya berbunyi tut tet atau ting. Setiap kali mendengar tanda bel ini orang yang menyajikan film bingkai ini harus menekan tombol tertentu untuk mengganti film bingkainya.
Dengan menggunakan alat perekam khusus pergantian gambar film bingkai ini dapat diatur secara otomatik. Dalam hal seperti ini tanda bel tersebut di atas tidak diperlukan lagi. Tetapi perlu diingat bahwa dalam penyajiannya nanti harus juga digunakan alat pemutar yang khusus juga.
BAB III
KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Produksi media merupakan cara untuk membuat dan menghasilkan media terutama media pendidikan. Produksi media adalah segala upaya yang dilakukan untuk menciptakan dan menghasilkan (memproduksi) media (benda visual maupun non visual) dengan cara mempergunakan segala sumber daya (tenaga, pikiran, dan dana). Yang digunakan sebagai penuntun dalam produksi adalah naskah. Naskah adalah rancangan produksi.
Dengan naskah sebagai pemandunya kemudian kita harus mengambil gambar, merekam suara, memadukan gambar, dan suara, memasukkan musik dan FX, serta menyunting gambar suara itu supaya alur penyajiannya sesuai dengan naskah, menarik, dan mudah diterima oleh sasaran. Semua kegiatan itulah yang disebut kegiatan produksi.
Dalam kegiatan produksi ada tiga kelompok personil yang terlibat, yaitu sutradara atau pemimpin produksi, kerabat kerja, dan pemain. Ketiga kelompok personal itu mempunyai tugas dan tanggung jawab yang berbeda-beda, namun semuanya menuju satu tujuan yaitu dihasilkannya program media yang mempunyai mutu tekhnis yang baik.
B. IMPLIKASI
Dengan mempelajari ilmu tentang produksi media, banyak sekali pengetahuan yang dapat kita peroleh. Dari situlah kita dapat lebih mengetahui tentang macam-macam media yang ada. Terkadang kita tahu tetapi kita tidak dapat mengetahui atau menyebutkan nama media itu, terkadang juga kita bertanya-tanya tentang bentuk medianya seperti apa dari pengetahuan yang kita baca. Mempelajari tentang produksi media dapat membuat pikiran kita lebih sedikit maju agar tidak ketinggalan zaman. Karena media Elektronik khususnya setiap tahun bahkan setiap bulannya selalu berganti-ganti. Begitu juga media cetak seperti koran, setiap hari beritanya berbeda-beda. Kita sebagai intelektual tidak boleh ketinggalan informasi tentang itu jika tidak ingin di katakan ketinggalan zaman.
C. SARAN
Dalam kegiatan produksi ada tiga kelompok personil yang terlibat, yaitu sutradara atau pemimpin produksi, kerabat kerja, dan pemain. Ketiga kelompok personal itu mempunyai tugas dan tanggung jawab yang berbeda-beda, namun semuanya menuju satu tujuan yaitu dihasilkannya program media yang mempunyai mutu tekhnis yang baik. Untuk dapat menghasilkan suatu pekerjaan yang baik, maka harus ada kerjasama yang baik pula diantara tim kerja. Sehingga pekerjaan dapat terselesaikan dengan maksimal dan memuaskan. S Kita sebagai intelektual tidak boleh ketinggalan informasi tentang media yang selalu mempunyai pembaharuan jika tidak ingin di katakan ketinggalan zaman. Selain membaca, kita juga harus tau bentuk-bentuk media itu seperti apa, tentang kegunaannya dan kemanfaatannya.
DAFTAR PUSTAKA
Sadiman. S Arif dkk. Media Pendidikan Pengertian, Pengembangan dan
Pemanfaatannya. Pustekkom Dikbud dan PT Raja Grafindo
Persada dalam rangka ECD Project (USAID). Jakarta: 2002.
Wibawa Basuki, Farida Mukti. Media Pengajaran.Departemen Pndidikan Dan
Kebudayaan, Dirjen Dikti. Jakarta: 1991.
Demikianlah Artikel PRODUKSI MEDIA (Media Pembelajaran)
Anda sekarang membaca artikel PRODUKSI MEDIA (Media Pembelajaran) dengan alamat link http://vitabumins.blogspot.com/2009/09/produksi-media-media-pembelajaran.html