Judul : Kurikulum Model Montessori untuk Anak Usia Dini
link : Kurikulum Model Montessori untuk Anak Usia Dini
Kurikulum Model Montessori untuk Anak Usia Dini
2.1. Pandangan Ahli
Montessori melihat pendidikan sebagai aspek yang mendasar dalam pembentukan manusia (Montessori, 1973)Dalam ilmu filsafat nya secara praktis berdasarkan pendidikan, Montessori membahas fondasi teoritis utama seperti sifat anak, pertumbuhan dan perkembangan dan peran lingkungan sebagai suatu faktor keturunan (Montessori, 1914).
Anak itu makhluk sensitif yang harus dilindungi dari berbagai pengaruh yang merusak, untuk perkembangan yang didahului kemerdekaan (Montessori, 1965). Oleh karena itu, pengembangan batin menjadi tugas awal anak yang dicapai melalui interaksi dengan lingkungan. Montessori melihat anak sebagai penjelajah aktif, penemu dan manipulator terhadap lingkungan serta sebagai makhluk sosial (Standing, 1957).
Dalam segi struktur kepribadian, Montessori melihat tahun-tahun awal anak sebagai masa pembentukan aktivitas tinggi. Pengalaman di tahun-tahun sejak lahir sampai usia 6 tahun kemudian memberikan dasar untuk perkembangan mental dan kepribadian. anak-anak memiliki kebutuhan bawaan untuk mengembangkan kepribadiannya ini melalui menyesuaikan diri atas rintangan mendatang yang menunjukkan, inisiatif, memilih pekerjaan dan mengikuti sampai dengan latihan dan tugas (Montessori, 1956). Selama periode ini, anak menciptakan dalam dirinya struktur dasar kepribadian melalui interaksi dengan lingkungan (Orem, 1971). Montessori selanjutnya percaya bahwa
2.1.2. Pertumbuhan dan Perkembangan
Pertumbuhan adalah pembesaran, perubahan kuantitatif, atau perubahan pada makhluk hidup. Perkembangan adalah pertumbuhan yang diarahkan untuk menghasilkan suatu makhluk hidup berdasarkan dengan rancangan yang telah ditentukan terhadap peningkatan dan dilengkapi bidang motorik serta fungsi indera yang sedang dibangun sesuai dengan beberapa prinsip perkembangan (Montessori, 1912).
Untuk perkembangan tersebut, kreativitas terus-menerus dilakukan dan tidak disadari. Selanjutnya Montessori merasakan akar awal perkembangan dibentuk pada tahun pertama kehidupan (Montessori, 1967). Dijelaskan dua kelompok fungsi tersebut bahwa anak yang sedang berkembang harus membentuk awal kehidupan: fungsi motorik dan fungsi sensorik. Melalui fungsi motorik keseimbangan anak belajar untuk berjalan dan mengkoordinasikan gerakan fisik (Montessori, 1914). Mengakui perkembangan yang berjalan dari yang sederhana sampai yang rumit dan dari nyata ke abstrak. Montessori berpendapat bahwa perkembangan terjadi pada masa sensitif. Masa sensitif/peka adalah saat seorang anak sangat sensitif terhadap kegiatan atau kepentingan tertentu (Montessori, 1967).Montessori melihat motivasi alami untuk pengembangan dan pembelajaran sebagai hakiki dan merasa bahwa seorang anak termotivasi untuk bekerja dengan senang dalam pekerjaan itu sendiri. seluruh tulisan-tulisannya, menekankan kebutuhan anak untuk pengarahan diri sendiri. Anak itu dipandang sebagai berdua mampu dan termotivasi menuju pengembangan diri dan pembentukan secara otomatis dan pembelajaran diri atau pendidikan secara otomatis (Montessori, 1914).
Pandangan Montessori tentang anak dapat difahami melalui konsep-konsepnya. Anak mengkonstruksi sendiri perkembangan jiwanya (Child's Selfconstruction) Masa-masa sensitif (Sensitive Periodes) Jiwa Penyerap (Absorben mind) Hukum-hukum perkembangan (The natural laws governing the child's psychic growth). Seperti telah diungkapkan di atas bahwa Montessori meyakini bahwa anak secara bawaan telah memiliki suatu pola perkembang psikis. Selain itu, anak juga memiliki motif yang kuat ke arah pembentukan sendiri jiwanya (self construction).
Dalam teori perkembangan anak, Ada 5 masa perode sensitive menurut Montessori:
No
|
Sensitive Period
|
Perkembangan Anak
|
1
|
Sensitive periods for order/peka untuk keteraturan (0 – 3 tahun)
|
· Anak memiliki kebutuhan yang kuat terhadap keteraturan
· Pikiran anak dapat menyerap pengalama-pengalaman sensoris
· Perkembangan bahasa
Pi Contoh: Suka meletakkan benda-benda sesuai dengan tempatnya. Bahkan sebelum memasuki periode ini mereka sering menjadi marah jika melihat sesuatu yang tidak pada tempatnya.
|
2
|
Sensitive periods for details/ memusatkan perhatian pada hal-hal yang kecil (1-2 tahun)
|
· Anak dapat mendeteksi adanya serangga yang kecil yang tidak diperhatikan oleh orang dewasa.
· Apabila mereka melihat suatu gambar, mereka akan mengabaikan obyek utama gambar dan akan beralih memperhatikan hal-hal kecil yang ada dilatar belakang obyek utama gambar.
|
3
|
S Sensitive periods for using hands/ konsisten menggenggam benda-benda yang disentuhnya (18 bulan – 3 tahun)
|
· Anak-anak menyukai aktivitas membuka dan menutup benda-benda (dengan seluruh telapak tangannya).
· Memasukan benda-benda ke dalam suatu wadah, menuangkannya keluar dan memasukkannya kembali (dengan seluruh telapak tangannya). Selama dua tahun berikutnya atau lebih mereka memperbaiki gerakan dan indera sentuhan mereka.
|
4
|
S Sensitive periods for movements/gerakan (1,5 -4 tahun)
|
· Periode kepekaan yang paling mudah dibaca adalah berjalan. Koordinasi dan perkembangan otot, minat pada benda-benda kecil
· Peneguhan gerakan minat pada kebenaran dan realitas menyadari urutan dalam waktu dan ruang
· Anak-anak didorong oleh implus yang tidak bisa dilawan dalam upaya mereka untuk berjalan, dan mereka berjalan dengan bangga seolah-olah mereka telah menemukan caranya.
|
5
|
a) Sensitive periods for learning language
b) a) Secara tidak sadar (3 bln - 3 thn)
c)
d) b) Secara sadar (3 - 6 tahun)
e)
f)
|
· Anak-anak menyerap bunyi-bunyi, kata-kata, dan tata bahasa dari lingkungannya.
· Anak-anak akan memulai dengan mengoceh terlebih dahulu sebelum ia mulai berbicara dengan kata-kata bermakna. Setelah itu anak akan memasuku tahapan “kalimat dua kata,” untuk kemudian menguasai pembuatan kalimat dengan struktur yang lebih kompleks.
· Peneguhan sensoris
· Rawan pengaruh orang dewasa
· Menulis
· Kepekaan indera
· Membaca
· Mempelajari bahasa dengan sadar. Dengan tidak kehilangan masa peka-nya, anak mempelajari bentuk- bentuk tata bahasa baru dengan penuh kesadaran.
|
Macam-macam hukum perkembangan anak menurut para ahli dapat dilihat sebagai berikut:
a) Hukum Kodrat Ilahi
Hukum kodrat Ilahi merupakan suatu hukum perkembangan yang telah ditentukan oleh sang maha pencipta. Hukum kodrat ilahi
Perkembangan manusia merupakan proses yang bertahap dan berlangsung secara berangsur-angsur. Hal ini merupakan prinsip pertama dari perkembangan yang dapat dipahami dari Al-Quran, ketikia menyatakan bahwa Allah adalah maha pencipta , maha penjaga dan maha pemelihara segala sesuatu. Dan dalam Al-quran pun menyatakan bahawasanya Allah menciptakan manusia dari berbagai tahap progresif pertumbuhan dan perkembangan. Dapat dikatakan bahawa kehidupan manusia memilki pola dalam tahapan-tahapan tertentu yang termasuk tahapan dari pembuahan sampai kematian. Tahapan yang terjadi dan dilewati manusia dalam pertumbuhan dan perkembangannya tidak terjadi karena faktor peluang atau kebetulan, akan tetapi hal ini merupakan sesuatu yang telah dirancang , ditentukan dan ditetapkan langsung oleh Allah SWT. Dan banyak ayat Al-Quran yang menyatakan hal ini, ialah:
Artinya :
…dan Dia telah menciptakan segala sesuatu , dan Dia menetapkan segalanya dengan ukuran-ukuran dengan serapi-rapinya. (QS. Al-Furqaan [25]:2)
Tak dapat diingkari, bahwa perkembangan itu berpangkal pada kehidupan. Karena hiduplah, anak manusia bisa berkembang. Sementara, kehidupan itu penuh dengan ketentuan atau kodrat dari Allah, Dzat Yang Maha Pencipta dan Pengatur. Pertama, mengenai hidp itu sendiri. Manusia, dalam kaitan ini, terikat oleh kodrat Allah “untuk hidup”. Maka, hiduplah ia. Tetapi ia juga terikat oleh banyak ketentuan yang lain. Ia terikat ketentuan tentang : orang tua yang melahirkan, hari kelahiran, tempat dilahirkan, wujud dirinya, ketika lahir, dan sebagainya. sam sekali, seorang anak tak punya hak pilih ketika ia dilahirkan. Jika Allah telah menentukan bahwa si Ali harus menjadi anak Pak Burhan, maka ketentuan itulah yang pasti terjadi. Tak ada alternatif bagi si Ali, mislanya, untuk menjadi anak Pak Ahmad yang kaya raya itu.
Yang kedua, terlihat pula adanya ketentuan ini, berkaitan dengan waktu-waktutertentu di mana seorang anak “matang” untuk melakukan sesuatu. Misalnya, umur 7 bulan, seorang anak bisa duduk dan merangkak. Kenapa tidak sejak umur 1 bulan saja, biar sang ibu menjadi ringan dalam mengasuhnya?
Yang ketiga, sebagaimana sering terjadi, seorang anak sejak lahir telah memiliki bakat atau keistimewaan tertentu, lebih dari kebanyakan anak yang lain. Tetapi juga tidak mustahil, sementara ada pula yang ditakdirkan lahir dalam keadaan cacat, lema ingatan, krang normal, dan sebgainya. Baik yang istimewa maupun yang menyandang kekurangan , jelas sam-sam berpengaruh bagi jaln perkembangannya.
Maka jelaslah, hidup ini penuh dengan ketentuan Ilahi. Terutama tampak nyata, pada awal kelahiran seseorang, sebagaian beruntung, karena memiliki kecerdasan yang istimewa. Sementara yang lain, hidup dalam keadaan serba kurang. Keduanya sama saja, punya akibat bagi jalan perkembangannya. Tetapi apa hendak dikata, semua itu telah menjadi kodrat Ilahi. Walhasil, perkembangan itu pada sasnya berpangkal pada kodrat Ilahi atas setiap manusia. Karenanya, di atas kodrat itulah sesungguhnya perkembangan berlangsung.
b) Hukum Mengembangkan Diridan Hukum Mempertahankan Diri
Hukum Mengembangkan Diri. Dorongan yang pertama adalah dorongan mempertahankan diri, kemudian disusul dengan dorongan mengembangkan diri. Dorongan mempertahankan diri terwujud misalnya dorongan makan dan menjaga keselamatan diri sendiri. Contoh : Anak menyatakan perasaan lapar, haus , sakit dalam bentuk menangis maka tangisan itu dianggap sebagai dorongan mempertahankan diri.Seorang anak yang ingin menjadi juara, pandai dan sukses.
Sebagai makhluk hidup, manusia mempunyai dorongan/.hasrat untuk mempertahankan diri. Hal ini terwujud pada usaha makan ketika lapar, menyelanatkan diri apabila ada bahaya. Pada anak kecil usaha ini diwujudkan dengan menangis, apabila lapar, haus, rasa tidak enak badan, dan sebagainya, kemudian si ibu akan tanggap dengan tanda-tanda tersebut.
Dari usaha untuk memepertahankan diri berlanjut menjadi usaha untuk mengembangkan diri. Pada anak-anak biasanya terlihat rasa ingin tahunya itu besar sekali, sehingga ank-anak tidak hentin-hentinya bertanya mengenai suatu hal dan dirinya akan merasa senang apabila dunianya diisi dengan berbagai pengalaman dan pengetahuan yang didapat dari sekelilingnya. Melalui kegiatan bermain, berkumpul dengan teman, bercerita dan sebagainya itu dapat dianggap sebagai dorongan untuk mengembangkan diri.
c) Hukum Masa Peka
Masa peka diperkenalkan dalam dunia pendidikan oleh Dr. Maria Montessori, dia mengatakan masa peka merupakan masa pertumbuhan ketika suatu fungsi jiwa mudah sekali dipengaruhi dan dikembangkan. Contoh: masa peka untuk berjalan adalah tahun ke-2, masa peka untuk menggambar adalah tahun ke-5, masa peka untuk ingatan logis adalah tahun ke-12, dan seterusnya.
Masa peka adalah suatu masa ketika fungsi-fungsi jiwa menonjolkan diri ke luar; dan peka akan pengaruh rangsanagn yang datang. Hukum masa peka ini diperkenalkan oleh Maria Montessori, seorang pendidik berkebangsaan Italia. Menurutnya, masa peka merupakan masa pertumbuhan ketika suatu fungsi jiwa mudah sekali dipengaruhi dan dikembangkan. Masa peka ini hanya sekali selama hidupnya. Apabila masa peka ini tidak digunakan sebaik-baiknya atau tidak mendapat kesempatan untuk berkembang, maka fungsi-fungsi tersebut akan mengalami kelainan atau abnormal, dan hal ini akan mengganggu perkembangan selanjutnya.
Karena adanya suatu masa yang disebut masa peka, maka perkembangan tidak lain adalah terpenuhinya masa peka anak-anak. Makin tepat pelayanan terhadap masa peka, berarti anak makin baik perkembangannya.
Tiap-tiap fungsi jiwa mempunyai waktunya untuk berkembang dengan sebaik-baiknya. Prof. Hugo de Vries memperkenalkan masa peka ini dalam ilmu biologi. Prof. Hugo meneliti seekor lebah betina (lebah ratu) yang sedang mengalami masa peka. Masa peka ialah suatu masa ketika fungsi-fungsi jiwa menonjolkan diri keluar, dan peka akan pengaruh rangsangan yang datang. Apabila saat sang ratu peka, kemudian ia mendapatkan zat-zat (makanan) tertentu, ia akan berkembang baik dengan cepat.
d) Hukum Tempo Perkembangan
Sesuai dengan istilahnya, tempo berarti waktu atau masa. Hokum tempo perkembangan bermakna bahwa berlangsungnya perkembangan individu yang satu tidak sama cepat atau lambatnya dengan individu yang lain. Ada anak yang berkembang dalam waktu yang relative cepat, misalnya belajar berbicara atau belajar berjalan. Akan tetapi, pada anak lain ketika balajar berbicara atau berjalan memerlukan waktu yang cukup lama.
Menurut hukum tempo perkembangan, setiap anak mempunyai tempo kecepatan perkembangan sendiri-sendiri. Artinya, ada anak yang mengalami perkembangan cepat, sedang, dan ada pula yang lambat. Adanya hukum tempo perkembangan ini, seharusnya orang tua tidak perlu merasa kecewa apabila anaknya mengalami perkembangan yang lambat dibandingkan dengan anak tetangga.
Tempo perkembangan seorang anak sebenarnya dapat diubah (dipercepat) sedikit, tetapi tidak dapat dipaksakan. Misalnya, ada orangtua yang menganggap dirinya bijaksana, dengan berusaha mengajari anaknya yang belum bersekolah untuk membaca, menulis, dan berhitung. Kemudian, ketika anaknya sudah masuk sekolah tidak diberi kesempatan untuk bermain-main karena harus senantiasa belajar. Tindakan demikian dapat mempercepat perkembangan akal anak itu. Akan tetapi, tindakan orang tua tersebut sebenarnya tidak tepat. Meskipun dari tindakan tersebut tidak menyebabkan anak menderita apapun, tetapi keadaan itu berarti bahwa anak itu telah mencapai puncak perkembangan lebih dahulu daripada teman-teman sebayanya. Ia telah melaju maju terlalu cepat dan biasanya perkembangan rohani yang luar biasa itu akan mengganggu kesehatan badan. Lagi pula tidak ada orang di dunia ini yang dapat melebihi puncak perkembangan yang sudah ditetapkan dalam pembawaannya.
Kaum ibu suka membandingkan-bandingkan perkembangan anaknya dengan perkembangan anak yang lain. Dari hasil-hasil percakapan antara dua orang ibu tentang perkembangan anak mereka masing-masing ternyata bahwa setiap perkembangan yang dialami berlangsung menurut tempo (kecepatan) masing-masing. Mereka mengatakan, dalam hal ini pengaruh pendidikan kecil sekali dan hanya berlaku untuk sementara waktu. Bila diperhatikan ternyata anak yang satu lebih lekas maju pada satu tugas perkembangan dari yang dialami anak yang lain. Anak laki-laki lebih lekas merangkak, misalnya, sedangkan anak perempuan lebih pandai berbicara. Kadang-kadang anak pertama lebih cepat menjadi besar, sedangkan anak kedua agak lambat pertumbuhannya. Hal ini disebabkan tiap-tiap anak mempunyai sendiri tempo perkembangan. (Zulkifli, 1992)
e) Hukum Irama Perkembangan
Hukum irama perkembangan mengungkapkan bukan lagi cepat atau lambatnya perkembangan anak, akan tetapi tentang irama atau rythme perkembangan. Jadi perkembangan anak ini mengalami gelombang “Pasang Surut”, mulai lahir hingga dewasa, kadangkala anak tersebut mengalami juga kemunduran dalam suatu bidang tertentu. Misalnya, akan mudah sekali diperhatikan jika mengalami perkembangan (strum und drang) pada anak-anak menjelang remaja. Ada anak yang menampakkan kegoncangan yang hebat, tetapi adapula anak yang melewati masa tersebut dengan tenang tanpa menunjukkan gejala-gejala yang serius.
Perkembangan berlangsung sesuai dengan iramanya. Hukum irama berlaku untuk perkembangan setiap orang. Baik perkembangan jasmani maupun perkembangan rohani tidak selalu dialami perlahan-lahan dengan urut-urutan yang teratur, melainkan merupakan gelombang-gelombang besar dan kecil yang silih berganti.
Irama perkembangan mengemukakan pola perkembangan yang dialami seorang anak. Anak itu memusatkan perhatiannya untuk satu tugas perkembangan tertentu agar ia dapat tidur denagn tenang dan tidak sakit. Tempo perkembangan membandingkan perkembangan dua orang anak. Mereka berkembang sesuai dangan temponya masing-masing; misalnya anak laki-laki cepat pandai berjalan, anak perempuan cepat pandai berbicara.
Di samping memiliki tempo, perkembangan juga berlangsung sesuai dengan iramanya. Hukum irama berlaku untuk setiap manusia. Baik perkembangan jasmani maupun perkembangan rohani tidak selalu dialami perlahan-lahan dengan urutan-urutan yang teratur, melainkan merupakan gelombang-gelombang besar dan kecil yang silih berganti. Pada suatu masa, laju perkembangannya berjalan dengan cepat, tetapi pada waktu berikutnya sedikitpun tidak tampak kemajuan (terlambat).
Kemajuan atau keterlambatan dalam perkembangan itu tidak sama besar pada setiap anak. Demikian pula proses percepatan maupun perlambatan dalam peralihan perkembangan tidak sama cara berlangsungnya pada setiap anak. Sehubungan dengan perkembangan cepat atau lambat ini, anak dapat dibedakan atas tiga golongan, yaitu:
1) Anak yang tidak menunjukkan perkembangan yang cepat ataupun terlambat, melainkan perkembangannya berlangsung mendatar dan maju secara berangsur-angsur. Semuanya berlangsung dengan tenang, masa yang satu disambung oleh masa berikutnya dengan tidak menunjukkan peralihan yang nyata.
2) Anak yang cepat sekali berkembang pada waktu kecilnya, tetapi sesudah besar kecepatan perkembangannya semakin berkurang sehingga akhirnya berhenti sama sekali.
3) Anak yang lambat laju perkembangannya pada waktu kecil, tetapi semakin besar (lama) semakin bertambah cepat kemajuannya.
f) Hukum Sifat Perkembangan
Menurut Stone, perkembangan pribadi manusia itu jika diamati dengan sungguh-sungguh, akan tampak adanya sifat-sifat sebagai berikut :
1) Stabil, artinya manusia dalam perkembangannya memerlukan bahan-bahan untuk hidup yang bersifat tetap dan terus menerus, seperti oksigen, darah, makanan, dan minuman.
2) Sensitif, artinya dalam proses perkembangannya, anggota tubuh manusia seperti kulit, mata, urat syaraf, dan indera lainnya, amt peka terhadap setiap perangsang, baik dari dalam maupun dari luar dirinya.
3) Aktif, artinya dalam proses perkembangan , seluruh bagian tubuh manusia seperti pernapasan, peredaran darah, denyut jantung, otot persendian dan sebagainya, selalu dalam keadaan aktif bekerja sesuai den gan fungsinya masing-masing.
4) Teratur, artinya perkembangan seseorang itu, satu segi di dukung oleh keteraturan struktur tubuhnya, serta adanya saling keterkaitan antara bagian satu dengan bagian yang lain.
5) Kontinu, artinya pribadi manusia beserta segala keinginan yang amat sederhana ketika baru lahir, menuju keadaan yang kompleks setelah dewasa.
Selain itu, montessori meyakini bahwa jiwa anak masih belum terbentuk. Dengan pengetahuan yang dimilikinya, orang dewasa dapat membangun pengetahuan lainnya. Gejala psikis yangmemungkinkan anak untuk membangun pengetahuannya itu dikenal dengan konsep “pikiran penyerap”. Dengan gejala psikis ini anak dapat melakukan penyerapan tak sadar terhadap lingkungan.
Kemudian anak menggabungkan pengetahuan secara langsung ke dalam kehidupan psikisnya. Kesan-kesan yang diperolehnya melalui proses ini tidak semata-mata memasuki jiwa anak, tetapi juga membentuknya. Proses tak sadar tersebut selanjutnya diganti secara berangsur-angsur oleh proses atau aktivitas jiwa yang disadari.
2.1.3. Peran lingkungan dan Keturunan
Dalam beberapa tahun hidup mereka, pikiran anak-anak secara tidak sadar menyerap, mengambil dalam segala sesuatu di dunia mereka dan mengembangkan semua indera mereka. Saat anak-anak dewasa pikiran menyerap dengan sadar mereka menjadi lebih selektif tentang kesan di lingkungan mereka dalam mengerjakan lebih jauh untuk mengembangkan panca indra. Konsep Montessori tentang pikiran menyerap ini penting karena menekankan bahwa anak-anak belajar secara alami, cukup dengan berinteraksi dengan komponen lingkungan mereka. Dalam perkembangan lingkungan dan keturunan berperan didalamnya. Mengakui bahwa manusia memiliki sifat yang diwariskan (Montessori, 1912).
Demikian juga, dalam beberapa tahun pertama kehidupan anak-anak menyerap pola-pola dasar yang mereka temui interaksi sosial mereka dengan orang-orang kepada siapa mereka terikat paling dekat hubungannya. Dari pola-pola dasar, perilaku pribadinya akan berkembang. Kemudian adanya interaksi antara faktor keturunan dan lingkungan saat membuktikan perolehan bahasa (Montessori, 1967).Dia berpendapat bahwa "menyerap pikiran" berisi mekanisme yang unik untuk bahasa. Memiliki mekanisme ini memungkinkan individu untuk membuat bahasa mereka sendiri. Bahasa sebenarnya diucapkan, namun dipengaruhi oleh komponen lingkungan tersebut. Oleh karena itu anak memiliki potensi, ketika disesuaikan dengan hasil lingkungan yang responsif dalam seorang individu yang berpengetahuan luas (Montessori, 1956).
2.2. Tujuan Pembelajaran Montessori
Program pendidikan Montessori pada dasarnya adalah kognitif secara alami yang terpusat pada pengembangan hakiki jangka panjang dari anak prasekolah sampai kelas 12 (Montessori, 1949). Tujuan tersebut menggabungkan tujuan-tujuan internal seperti pengembangan kemandirian, kepercayaan diri. disiplin batin dan kemampuan untuk mengarahkan kegiatan sendiri (Montessori, 1965). Melalui program Montessori, anak-anak secara bertahap melatih diri untuk mengamati lingkungan hal ini mengarah anak-anak melakukan perbandingan antara obyek untuk membentuk penilaian serta untuk berpikir dan untuk membuat keputusan (Montessori, 1976).
Tujuan metode Maria Montessori adalah:
1. Membantu para orang tua dalam menerapkan pola pengajaran yang efektif bagi anak mereka.
2. Membantu anak-anak didik dalam mengembangkan tingkat intelektual,
psikomotor dan efektif yang ada pada diri mereka.
3. Membuat anak dituntut untuk dapat berkembang sesuai dengan periode
perkembangannya saat mereka mulai peka terhadap tugas-tugasnya.
4. Mengajarkan pada anak cara belajar yang efektif dan optimal melalui
permainan.
5. Mengembangkan keterampilan yang menekankan pada pentingnyaanak bekerja bebas dan dalam pengawasan terbatas.
6. Anak diajarkan untuk dapat berkonsentrasi dan berkreasi.
7. Guru hanya sebagai pengamat dan pembimbing, karena anak dibiasakan untuk memilih sesuai dengan keinginan sendiri.
2.3. Konten Perkembangan Montessori
1. Kehidupan Praktis
Lingkungan yang siap menekankan aktifitas motorik dasar sehari-hari. Filosofi ini membuat ank tidak bergantung pada orang dewasa dan mengembangkan konsentrasi. Penganut Montessori yakin bahwa semakin anak tenggelam dalam aktifitas mereka secara bertahap memperpanjang rentang konsentrasi anak. Seiring mereka mengikuti rangkaian tindakan yang teratur, anak belajar memperhatikan hal-hal detail. Pendidik Montessori juga meyakini bahwa konsentrasi dan keterlibatan melalui indera memudahkan terjadinya pembelajaran.
Berikut beberapa contoh pembelajaran kehidupan praktis Montessori:
No
|
Dasar Pembelajaran
|
Aktifitas
|
1
|
Kehidupan sehari-hari anak
|
· Berjalan dari satu tempat ke tempat lain dengan tertib
· Menyambut pengunjung/tamu
· Membawa benda
· Membersihkan perabotan
· mengupas sayur
|
2
|
Keterampilan perawatan diri
|
· Mengancingkan baju
· Membuka dan menutup resleting
· Mengikat, menekuk, menali
|
3
|
Menggunakan air
|
· Mencuci
· Menuang air ke dalam wadah
· Mengepel
· Menyiram tanaman
|
Analisi kehidupan praktis diajarkan melalui 4 tipe latihan yang berbeda:
1) Kepedulian orang melibatkan aktifitas, seperti penggunaan bingkai berpakaian, memoles sepatu dan mencuci tangan.
2) Kepedulian lingkungan mencakup, Membersihkan debu, mengelap meja dan menyapu daun
3) Hubungan social, mencakup keanggunan dan kesopanan
4) Analisis dan control gerakan, seperti berjalan dan menyeimbangkan diri.
2. Materi Sensorik untuk melatih indera
Materi sensorik Montessori sangat popular, menarik dan mendukung perkembangan konitif anak. Materi otentik Montessori dibuat dengan baik dan tahan lama.
Salah satu tujuan materi sensorik Montessori adalah:
· Melatih indera anak agar berfokus pada beberapa kualitas tertentu yang terlihat contohnya; dengan batang merah yaitu kualitas panjang, kubus menara dengan merah muda yaitu kualitas ukuran, dengan lonceng yaitu kualitas nada
· Membantu anak lebih mengenali kapasitas tubuh untuk menerima, menafsirkan dan menggunakan rangsangan yang dinamai dengan materi sensorik didaktik serta dirancang untuk mengajar dan membantu ank belajar
· Membantu mempertajam kekuatan anak untuk mengamati danm membedakan secar visual. Keterampilan ini berfungsi sebagai dasar bagi kesiapan membaca umum.
· Meningkatkan kemampuan anak untu berpikir, sebagai proses yang bergantung pada kemampuan membedakan, mengklasifikasikan dan mengatur. Anak secar konstan menghadapi keputusan mengenai materi sensorik dan keputusan ini bukan dibuat oleh guru melainkan keputusan ini dibuat melalui proses intelektual berupa pengamatan dan pemilihan berdasarkan pengetahuan yang diperoleh melalui indera, misal; bentuk apa yang sesuai untuk dimasukkan?, warna apa yang sesuai dengan warna lain dll.
· Mempersiapkan anak menyambut periode sensitif menulis dan membaca.
3. Materi Akademik untuk Menulis, Membaca dan Matematika
Latihan menggunakan materi inidisajikan secara berurutan yang mendukung menulis sebagai basis pembelajaran membaca. Montessori berkata bahwa anak “masuk secara spontan” ke menulis dan membaca, Montessori yakin banyak anak siap menulis pada usia 4 tahun, anak yang memasuki usia 3 telah melakukan hamper semua latihan sensorik saat berusia 4 tahun
Berikut ini adalah contoh bahan Montessori yang meningkatkan menulis dan membaca:
· Sepuluh bentuk-bentuk geometris serta pensil warna. Ini mengenalkan anak pada koordinasi yang diperlukan untuk menulis. Setelah memilih sisipan geometris, anak-anak menelusurinya di atas kertas dan isi menggambarkan garis besar dengan pensil berwarna untuk yang dipilihnya mereka.
· Huruf. Setiap huruf alfabet diuraikan dalam kertas amplas pada kartu., pada vokal dengan warna biru serta konsonan dengan warna merah. Anak-anak melihat bentuk, merasakan bentuk dan mendengar suara dari surat yang guru ulani ketika menjelaskan itu.
· Menulis kata dengan surat. Anak-anak belajar untuk mengumpulkan kata-kata yang sering mereka kenal.
· Kartu perintah. Ini merupakan sekumpulan kartu merah dengan kata tindakan tunggal dicetak pada setiap kartu. Anak-anak membaca kata pada kartu serta melakukan sesuai kata tersebut (misalnya, berlari, melompat).
Pendidikan Montessori cocok untuk memenuhi kebutuhan anak-anak dari berbagai latar belakang, para penyandang cacat dan mereka dengan kebutuhan khusus lainnya seperti berbakat. Montessori percaya bahwa semua anak pada hakekatnya termotivasi untuk belajar dan bahwa mereka menyerap pengetahuan ketika mereka diberikan lingkungan yang sesuai perkembangan anak pada saat yang tepat.
Lingkaran proyek dimasukkannya di Universitas Kansas mengenali sepuluh aspek tertentu dari pendidikan Montessori juga menerapkan secara langsung kepada pendidikan anak-anak penyandang cacat:
1. Kelompok campuran usia
Pengelompokan campuran usia ditemukan di dalam kelas Montessori yang bersifat kondusif dengan dimasukkannya pengalaman untuk sukses. Kelompok campuran usia memerlukan berbagai bahan di setiap kelas untuk memenuhi kebutuhan seorang anak, bukan kebutuhan rata-rata kelompok.
2. Individualisasi
Dalam lingkup masyarakat kelas yang mendukung
kurikulumindividualisasi yang dalam kelas Montessori adalah
kesesuaian dengan individualisasi yang diperlukanuntuk anak-
anak cacat. Pekerjaan dalam kelas Montessori diperkenalkan
kepada anak-anaksesuai dengan kesiapan
seseorang dan bukannya usia sebenarnya.
3. Penekanan fungsi dalam lingkungan Montessori
Objek nyata digunakan daripada replika mainan bila memungkinkan ( misalnya , anak-anak memotong roti dengan pisau nyata , menyapu remah-remah di lantai dengan sapu dan meja basah kering dengan kain ) Dalam kelas Montessori tujuan utamanya adalah untuk mempersiapkan anak-anak untuk hidup; pendidikan khusus juga berfokus pada pengembangan keterampilan fungsional.
4. Perkembangan kemandirian dan kemampuan untuk menentukan pilihan
Kelas Montessori membantu semua anak membuat pilihan dan menjadi pembelajar mandiri dalam banyak hal, misalnya, anak-anak saya memilih materi apapun yang mereka telah mendapatkan pelajaran yang diberikan oleh guru. Perkembangan ini untuk kemerdekaan terutama cocok untuk anak-anak cacat.
5. Perkembangan pola kerja yang teratur pada anak-anak
Salah satu tujuan dari area kehidupan sehari serta titik awal bagi setiap anak muda adalah perkembangan kebiasaan kerja yang diselenggarakan. Anak-anak penyandang cacat yang harus belajar bagaimana diatur dalam kebiasaan kerja mereka dan mereka menggunakan kepentingan waktu dari penekanan ini.
6. Peragaan Montessori klasik
Demonstrasi itu sendiri memiliki nilai bagi peserta didik yang mengalami cacat. Sebuah unjuk rasa digunakan minimal bahasa yang dipilih secara spesifik untuk keterkaitannya dengan kegiatannya dan mengedepankan kemajuan yang teratur dari awal sampai akhir tugasnya. Mengamati beberapa demonstrasi oleh guru dalam DVD tertutup.
7. Penekanan pada pengulangan
Anak-anak dengan kebutuhan khusus biasanya memerlukan banyak latihan dan dapat membuat kemajuan sedikit demi sedikit.Materi dengan dibangun di pengendalian kesalahan ini.
8. Materi yang telah dibangun di pengendalian menguntungkan kesalahan semua anak
Karena kesalahan yang jelas, anak-anak menyadari dan memperbaikinya tanpa bantuan guru.
9. Materi akademik
Menyediakan efek nyata dari yang abstrak, kelas Montessori menawarkan berbagai bahan nyata bahwa anak-anak dapat belajar dari sebagai bagian rutin dari kurikulum tersebut. Untuk anak penyandang cacat, menggunakan bahan nyata sangat penting untuk meningkatkan pembelajaran yang sebenarnya.
10. Materi indera yang berkembang dan mengatur pandangan indera yang masuk
Materi sensorik dapat mengembangkan dan memperbaiki setiap rasa secara terpisah.
2.4 Prinsip Pembelajaran Montessori
Beberapa prinsip yang mendasari metode Montessori adalah seabagi berikut :
a. Prinsip Kemerdekaan
Anak bebas untuk menentukan apa yang ingin dipelajarinya.
Pendidikan hanya akan dapat memberikan kondisi yang
menguntungkan.
b. Prinsip Disiplin
Mainan yang boleh dipilih adalah yang belum dipakai orang lain dan memakai permainan tersebut haruslah benar.
c. Prinsip Ketidakbergantungan
Anak harus belajar melalui permainan yang dipilihnya sebisabisanya dengan bantuan yang minimal dari pihak guru.
d. Prinsip penghargaan
Bila ada menguasai materi dan mengikuti perintah sesuai intelegen.
e. Prinsip sedikit pujian dan hukuman
Karena segala sesuatu berjalan secara wajar dan alamiah, makasedikit diperlukan pujian dan hukuman. Anak dididik untuk memperoleh kepuasan alamiah bukan kepuasan yang bersumber pada orang lain
f. Prinsip dari sederhana ke kompleks
Penyajian materi dan aktifitas dalam lingkungan Montessori mengikuti urutan dari sederhana hingga ke yang rumit atau kompleks,memperkenalkan topik baru secara umum lebih dahulu. Lantas pelan-pelan masuk kepada yang lebih spesifik dan dilanjutkan dengan latihan yang agak rumit tahap demi tahap.
g. Prinsip perkembangan secara alamiah.
Mendidik anak menurut perkembangannya secara alamiah. Pendidik harus bekerja mengenali periode sensitif dan mengkondisikan lingkungan sekolah yang mendukung anak berkembang secara optimal, khususnya dalam menyelesaikan tugas-tugas dari guru. Guru merangsang anak untuk ikut berpartisipasi, dan pasif mengamati perilaku anak ini memungkinkan guru memantau perkembangan secara alamiah dan minat anak. Dengan demikian guru bisa membantu anak berkembang optimal secara alamiah. Pendekatan Montessori tidak mengalirkan informasi satu arah dari gurukepada anak. Pendekatan Montessori menerima masukan dari anak, menciptakan komunikasi dua arah antara guru dan murid, dan merangsang terciptanya tim di antara anak dalam berbagai usia.
Prinsip-prinsip ini membuat anak bertambah pengetahuan dan kemampuan perlahan-lahan. Dalam memperluas pemahaman dan kemampuan anak tantangan belajar tidak membebani atau melelahkan anak, tetapi menghemat energi anak untuk diakomodasikan buat tataran berikutnya.
Prinsip Montessori menekankan pada pengalaman kerja. Metode Montessori menekankan pada kegiatan luar ruangan dan hubungan manusia dengan alam sekitar. Anak dimotivasi agar menemukan keajaiban alam. Baik melalui kontak langsung dengan tumbuh-tumbuhanatau binatang. Pengalaman nyata memberikan landasan belajar abstrakketika anak mulai belajar.
2.5 Proses Perkembangan Montessori
I. PENDEKATAN
a) Pendekatan inquired (menyelidik), Melalui pendekatan ini anak akan berusaha untuk mencari dan menemukan sendiri pemahamannya terhadap suatu materi. Mereka akan memahami bahan kajian dengan menggu
b) nakan bahasa mereka sendiri berdasarkan apa yang mereka lihat, temukan dan alami.
c) Pendekatan children centred (berpusat pada anak), Pendekatan ini beranggapan bahwa pusat kegiatan pembelajaran bertitik tolak pada aktivitas anak. Cara pandang ini meyakini bahwa murid memiliki kemampuan sendiri melalui berbagai aktivitas dalam mencari, menemukan, menyimpulkan serta mengkomunikasikan sendiri berbagai pengetahuan, keterampilan dan nilai-nilai.
d) Pendekatan discovery (penemuan/pendaapt), Pendekatan ini memiliki cara pandang yang memusatkan kegiatan pembelajaran pada aktivitas anak didik untuk menemukan sendiri berbagai aspek pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai melalui berbagai pengalaman yang dirancang dan diciptakan oleh guru.
II. METODE
a) Metode eksperimen, Metode ini menuntut keaktifan anak untuk melakukan percobaan sendiri, mengamati proses dan hasil percobaan yang dilakukannya. Dengan eksperimen anak dapat mencari dan menemukan jawaban atas persoalan yang dihadapinya dengan berpikir dan bekerja secara sistematis.
b) Metode demonstrasi, Salah satu metode yang dilakukan dengan cara memperlihatkan suatu bentuk proses atau kejadian tertentu agar dapat diikuti oleh anak. Dalam metode ini selain melihat, anak juga dituntut untuk mendengarkan keterangan guru agar tujuan demonstrasi dapat tercapai.
c) Metode language (Bahasa), Metode ini digunakan dalan pembelajaran bahasa. Metode ini didasarkan pada ilmi jiwa yang dianut Montessori yakni ilmu jiwa unsur (mozaik) dengan menggunakan teori asosiasi (pertalian). Ilmu ini memberikan pengertian bahwa suatu unsur mempunyai makna jika unsur tersebut bertalian atau berhubungan dengan unsur lainnya sehingga membentuk suatu arti.
III. SUMBER BELAJAR
a) Alat- alat permainan panca indera, Montessori termasuk tokoh yang meyakini bahwa panca indera adalah pintu masuknya berbagai pengetahuan ke dalam otak manusia. Karena perannya yang sangat strategis maka seluruh panca indera harus memperoleh kesempatan untuk berkembang sesuai dengan fungsinya. Untuk itulah ia mengembangkan berbagai alat permainan panca indera.
b) Latihan kegiatan sehari-hari, Dengan belajar melakukan kegiatan sehari-hari dan menyiapkan kebutuhannya sendiri, dapat melatih anak untuk menguasai gerakan otot-otot yang praktis, latihan itu dinamai latihan motorik. Kegiatan tersebut akan dapat menumbuhkan keaktifan anak dan juga membiasakan anak bersikap baik pada waktu bercakap dengan orang lain.
c) Tulisan disertai gambar, Digunakan untuk pendidikan kecerdasan dan daya ingat anak. Anak-anak akan tertarik pada media bergambar dan berwarna yang dapat mengalihkan perhatiannya sehingga proses pembelajaran akan lebih mudah.
d) Alat permainan bahasa Pembelajaran bahasa tidak harus menggunakan buku teks panduan. Pembelajaran bahasa dapat dilakukan dengan menggunakan alat permainan. Misalnya, untuk mengajarkan menulis dapat dilakukan dengan cara meminta anak menuliskan pengalamannya pada saat pagi haeri ketika bangun tidur sampai ia berada di sekolah. Pada saat itu ia tidak akan meras berada dalam suasana belajar, sehingga pembelajaran akan terasa lebih menyenangkan.
e) Alat permainan berhitung, Alat permainan ini dapat berasal dari lingkungan sekitar anak. Misalkan untuk mengajarkan teknik membanding dapat dilakukan dengan menggunakan 10 bilah tangkai berbagai ukuran yang telah diberi warna agar lebih menarik. Lulu mintalah anak untuk mengurutkan bilah tangkai tersebut mulai dari yang paling pendek sampai yang terpanjang.
IV. LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN
a) Guru menyiapkan beberapa kotak dengan isi yang berbeda, Kotak pertama berisikan uang logam, Kotak kedua berisikan batu kerikil, Kotak ketiga berisikan beras. Guru mengeluarkan isi kotak lalu meletakkannya kembali sambil menyebutkannya “ini suara uang logam”.
b) Selanjutnya Anak mampu mengenal, membedakan dan mendeskripsikan kembali bunyi-bunyi yang berasal dari masing-masing benda tersebut.
c) Guru memperdengarkan kembali bunyi benda-benda tersebut satu
persatu dan siswa diminta untuk menebaknya.
IMPLIKASI DALAM PENGEMBANGAN KURIKULUM ANAK USIA DINI
3.1 Kurikulum Montessori
Ketika anak melangkah ke pra-sekolah Montessori pada usia 2,5 tahun, latihan dasar dimulai dengan mengenal kehidupan praktis sehari-hari. Tujuannya, memperkenalkan pendatang baru dengan aturan bekerja dirumah dalam ruang lingkup yang menyeluruh, menghargai sesama dan pekerjaan, serta menggunakan alat peraga yang benar. Anak-anak selanjutnya diperkenalkan latihan penginderaan. Anak diharapkan memiliki pengalaman nyata, yang membantu pengembangan pikiran abstrak.
Selama proses peralihan dari pencipta alami(unconcoius creator) menjadi pekerja yang sadar akan tugasnya (conscious worker) atau yang dikenal dengan absorbent mind (pikiran dalam tahap menyerap), anak-anak diperkenalkan dengan bahasa dan aritmatika. Geografi, sejarah, ilmu tumbuh-tumbuhan, dan ilmu lingkungan juga disertakan dalam krikulum pra-sekolah pada tingkat sangat dasar, selalu diselaraskan dengan kemampuan memperhatikan dan penyerapan anak.
Tidak ada batasan usia dalam memperkenalkan setiap latihan dan alat peraga. Meski materi pra-sekolah Montessori umumnya dipersingkat sesuai perkiraan kemampuan anak di masing-masing usia, umumnya tidak terpaku hanya digunakan untuk kelompok usia tertentu. Missal, materi latihan mengenal kehidupan sehari-hari memperkenalkan lingkungan kerja, tanpa membedakan usia anak. Masing-masing anak bebas memilih alat peraga yang menarik baginya kapan saja. Anak berkembang dalam tahap yang unik yang selalu dimonitor dan ditanggapi guru selalu membimbing pada aktifitas apa pun yang dipilih.
Kurikulum pra-sekolah Montessori memfokuskan pada pembentukan kerangka berpikir yang membimbing setiap anak memiliki kepribadian yang sebenarnya dan menyadari potensi pribadi. Setiap komponen bekerja selaras dengan komponen lain sehingga gambaran kehidupan pribadi dapat diketahui.
Pendekatan Montessori tidak hanya diterapkan pada sekolah Montessori, adabeberapa sekolah di luar sekolah Montessori menggunakan pendekatan inii dalamkurikulum dan pembelajarannya walaupun tidak secara utuh. Sebagai contoh diCendekia Leadership School Bandung, PG/TK Miftahul Iman Cimahi, SekolahUmmul Mukminin Soreang, TK Al-Amanah Cibaduyut, BnB Audi Pekan Baru,danBintang Cendekia Pekan Baru.Selain kurikulum Diknas, program pembelajaran di sekolah-sekolah tersebutbersumber pada kurikulum lain yaitu :
- Kurikulum Montessori "Scientific Paedagogy as applied to child education in thechildren's house.
- The Creative Curriculum For Early Childhood, ditulis oleh Diane Trister Dodgedan Lauraj Colker dari 'teaching Strategis Inc".
- Complete Early Childhood Curriculum Resource, Success oriented learningexperiences for all children. Disusun oleh Mary A.Sobut dan Bonnie NeumanBogen dari The Centre For Applied Research in Education , West Nyack , NewYork.
- Leadership life skill curriculum . Disusun oleh karya tim dari Karya Cendekia
3.2. Tujuan Kurikulum Montessori
a. Tubuh
Bagian latihan kehidupan praktis pada kurikulum Montessori membantu anak mengembangkan keterampilan (motorik). Berupa latihan koordinasi tangan dan mata guna melatih gerakan fisik yang kita lakukan sehari-hari.
Siswa baru sekolah Montessori belajar menyikat gigi, mencuci tangan, mengancingkan baju, mengikat tali sepatu, membawa piring ke dapur, mengambil piring di meja, menuangkan air dari teko ke gelas, dan makan dengan garpu. Pada kenyataannya, latihan kehidupan praktis sangat penting buat anak-anak untuk berlatih mandiri, oleh karena itu kepala sekolah meminta anak-anak untuk mengulangi latihan pada waktu istirahat, guna menyegarkan untuk memahirkan ketrampilan yang baru didapat (khususnya ketrampilan motoric), sebelum dilanjutkan dengan aktifitas yang lebih menantang.
Pengulangan ketrampilan tidak berarti tumpang tindih. Setiap kali menggunakan latihan, anak memperoleh manfaat baru. Yakni, lebih menguasai tugas, memiliki keyakikan diri lebih besar, lebih disiplin, dan hasil yang lebih baik. Latihan membuahkan kesempurnaan.
Ketrampilan bemasyarakat merupakan agenda latihan kehidupan praktis berikutnya. Anak bermain peran seperti menyapa dan menyela, sopan dan berterimakasih, bereaksi terhadap lawan bicara, menerima tamu, berperilaku di acara social dan di perjalanan, dan bahkan menghidangkan dan berbagi makanan.
Setelah menyelesaikan latihan, anak bisa menyelesaikan latihan berikutnya tanpa harus kerja keras dan tidak perlu banyak konsentrasi seperti sebelumnya.
b. Intelektual
Kurikulum Montessori berkontribusi terhadap perkembangan mental. Setiap latihan selalu melibatkan olah otak dan tubuh. Misal, mengikat tali sepatu pertama kali perlu konsentrasi penuh untuk mengingat dan mengintegrasikan berbagai langkah yang sebelumnya dipraktekkan dalam isolasi dan mengkoordinasikan tangan dengan mata untuk merajut tali sepatu secara berurutan. Meski mengikat tali sepatu terkesan remeh, sebenarnya membutuhkan pikiran yang terfokus.
Cara lain dimana latihan kehidupan praktis melatih otak adalah membuat anak memiliki pengalaman baru yang menjadi dasar pengetahuan. Contoh mengikat tali sepatu di atas untuk yang pertama kalinya merupakan pengalaman yang terekam di otak dan memprogram latihan berulang-kali ke otak sehingga tugas menjadi baku dan dapat dikerjakan secara otomatis.
Dengan melatih ketrampilan panca sensorimotor, alat peraga sensorik memungkinkan anak menerima pengetahuan dunia-fisik dan membuat keputusan tentang berbagai kualitas. Anak menjadi paham apakah panic diatas tungku terlalu panas untuk disentuh, sebagai misalnya, atau apakah tas sesuai dengan warna kesukaannya, apakah ingin permen keras atau lembut. Alat peraga sensorik memfasilitasi pembentukkannn dasar-dasar pertumbuhan intelektual anak yang konkrit dan kokoh.
c. Berbicara
Setelah dididik tentang dasar-dasar pengetahuan kongkrit, anak dipersiapkan menyerap informasi yang lebih abstrak dalam bentuk kata-kata. Yakni kata yang menjelaskan kualitas nyata yang dialami panca indra. Inilah awal belajar bahasa dan matematika. Keduanya merupakan system simbol yang mewakili realita. Missal, nama-nama yang digunakan untuk membicarakan segala yang dilihat, didengar, dicium, dirasa, dan dicicipi di lingkungan. Nama-nama ini, dalam bahasa apa saja, tidak selalu punya hubungan logis dengan bendanya. Namun satu-satunya cara anak dapat berpartisipasi dalam bidang linguistik adalah belajar komponen bahasa seperti yang telah kita pelajari.
Pelajaran bahasa dalam kurikulum Montessori meningkat-kan intelektual anak dengan menambah perbendaharaan kata, yang merupakan sarana bernalar dan berkomunikasi.
d. Jiwa
Kepuasan anak setelah menyelesaikan latihan akan meningkatkan percaya diri dan harga diri. Kehormatan diri sebagai individu melahirkan pribadi yang terhormat. Perkembangan emosi dan jiwa ini menguntungkan anak dan juga orang disekitar.
Pendidikan holistik mendidik anak tentang kesehatan fisik dan emosi, yang mencakup membantu anak memahami dunia melalui berbagai perspektif. Kurikulum Montessori memungkinkan anak mengakses berbagai pengetahuan dari berbagai bidang ilmu melalui diskusi, dan riset dalam topik dalam bidang sejarah, geografi, botani, zoology, dan pengetahuan eksperimental. Pandangan yang luas tentang dunia dan manusia membantu anak mengetahui posisi dan peran dirinya. Hal tersebut berkontribusi terhadap kesehatan emosi.
Anggota masyarakat yang berkontribusi, mandiri dan berkembang optimal, akan memiliki emosi yang stabil dan aman (tidak bergejolak) ketika ia berpartisipasi di lingkungan yang lebih besar. Kurikulum Montessori dan lingkungan Montessori mendukung perkembangan total anak menjadi orang dewasa yang mandiri dan bertanggung jawab kepada masyarakat. Interaksi antar anak yang berbeda usia menumbuhkan sikap toleransi. Latihan kehidupan praktis(practical life) mengajarkan cara merawat diri sendiri dan lingkungan, membuat dirinya menyadari konsekuensi setiap tindakannya di masyarakat.
3.3. Konten Kurikulum Montessori
Dalam kurikulum Montessori, ada area-area yang menjadi pusat latihan, yaitu:
a. Ketrampilan praktis dalam kehidupan sehari-hari.
Ketrampilan praktis setiap budaya selalu berbeda-beda. Namun prinsipnya sama. Ketrampilan praktis membuat anak mandiri dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari dan dalam bermasyarakat. Latihan ketrampilan praktis dalam kurikulum memfokuskan pada gerakan manusi paling dasar.
Contoh pertama adalah aturan sederhana. Anak berlatih berperilaku yang benar diluar atau didalam kelas. Anak berlatih berbicara tetapi tidak terlalu keras. Berlatih berjalan, tetapi tidak lari ketika didalam ruang kelas. Pelajaran serupa adalah permainan diam, di mana tujuannya adalah berdiri diam setenang mungkin. Anak-anak di Indonesia mengenal permainan menjadi patung. Berikutnya adalah latihan memindah furniture dari ruang kelas ke tempat yang ditentukan. Latihan membawa dan menggunakan material. Latihan menyelesaikan pekerjaan. Dengan kemampuan konsentrasi dan bekerja sendiri, anak melatih ketrampilan yang lebih fungsional. Misal, manipulasi gagang pintu dan pegangan laci. Mencuci dan mengeringkan tangan. Menggunakan toilet. Dalam proses, anak belajar bagaimana merawat barang milik bersama yang setar dengn barang milik public ketika nanti dewasa.
Setelah prinsip dari sederhana ke kompleks, focus kehidupan praktis pada ketrampilan motoric yang halus dan koordinasi Antara mata dan tangan. Misal: anak belajar membawa obyek dengan garpu dan penjepit mur dan sekrup. Membuka dan menutup botol dan kotak. Memegang gembok dan kunci. Melipat dan memotong kertas. Anak belajar untuk memastikan keselamatannya selama bermain. Pada latihan berjalan dilatih dengan berjalan menyusuri garis lurus. Berbagi ruang kerja dan berinteraksi dengan teman memupuk kesadaran bermasyarakat dan saling menghargai. Latihan mengurus keperluan pribadi mengajarkan bagaimana melepas dan memasukkan kancing baju, membersihkan rambut, gigi dan kuku, dan bagaimana menutup hidung ketika bersin di tempat umum.
Ketrampilan bermasyarakat merupakan agenda kehidupan praktis berikutnya. Anak bermain peran seperti menyapa dan menyela, sopan dan berterima kasih, bereaksi terhadap lawan bicara, menerima tamu, berperilaku di acara social dan di perjalanan, dan bahkan menghidangkan dan berbagi makanan.
b. Pengalaman Sensorik
Tujuan utama pengalaman sensorik adalah pertumbuhan intelektual. Penyempurnaan sensorik merupakan tujuan akhir. Ketika anak meraba, melihat, merasakan, mendengarkan dann mencicipi, ia membuat kategori di otak untuk setiap persepsi sensorik baru. Alat mulai diperkenalkan dengan alat peraga sederhana. Menara pink berupa satu set sepuluh kubus berwarna pink dengan berbagai ukuran. Disusun satu demi satu ke atas dengan menumpuknya. Tangga coklat berupa tangga sepuluh batang, tangga paling merupakan tangga paling atas. Sedangkan tangga paling tipis menjadi tangga paling bawah. Batang panjang berupa sepuluh batang, paling panjang menunjukka ukuran 1m, paling pendek ukuran 10cm. dalam menyusun batang dan balok dengan ukuran yang benar, anak belajar mengontrol jari untuk memanipulasi dan memindahkan obyek. Silinder bertombol melatih cengkeraman penjepit. Menyiapkan otot tangan untuk menulis. Ajakalah anak berlatih alat peraga sensorik untuk melatih dua level.
Yakni, pada level sensorimotor, anak melatih panca indra dan cengkeraman jari. Pada level intelektual, anak belajar konsep dasar topic berikutnya dalam kurikulum. Tantangan membandingkan dan mengurutkan benda sesuai urutan panjang pendeknya, misalnya melatih anak memahami konsep dasar menghitung, yang nantinya mempermudah belajar matematika.
Latihan sensorik lainnya mencakup pengenalan warna, pertaman anak diperkenalkan dengan warna primer. Setelah itu anak siap belajar konsep bentuk dan arah melalui latihan geometric solids(satu set benda padat berbentuk silinder, pyramid, prisma, bulatan dan kerucut). Alat peraga ini merupakan perkenalan terhadap aljabar dan geometri. Missal, dengan cetakan desain, anak belajar bahwa bentuk dapat tumpang tindih dan bahwa beberapa bentuk yang digabung bisa membentuk bentuk baru. Dengan kubus binominal dan trinominal, anak belajar memecah satu benda menjadi beberapa benda.
Sekarang pengalaman kongkrit anak beralih ke yang abstrak. Sebelumnya anak hanya mengalami sensasi. Sekarang anak belajar memvisualisasikan dalam pikiran tentang apa yang dirasakan di tangan. Anak menebak isi tas dengan perasaan atau mata ditutup selagi menggunakan alat peraga sensorik. Anak mendapatkan pemahaman tentang tekstur dengan tekstur sentuh(touch fabrics). mendapatkan pemahaman tentang suhu dengan botol suhudan baric tablet. Indra pendengaran, perasa,dan pembau, dirangsang dengan Bel music dan silinder suara, botol gustatory, dan botol wangi.
c. Bahasa
Kurikulum Montessori menggunakan pendekatan bunyi untuk memperkenalkan bahasa. Huruf alphabet dianjurkan menurut bentuk dan ejaannya. Anak menyerap hubungan visual-verbal setiap huruf. Jadi anak tahu bagaimana c, m dan z, dibentuk dan dieja. Anak dibekali sarana merangkai huruf menjadi kata yang dapat dieja dan di baca. Cara ini meningkatkan kemampuan linguistik anak. Dimana anak belajar dalam presentasi atau bercakap-cakap dengan teman dan guru.
Pelajaran bahasa mengikuti aturan berikut:
1. Anak mendengarkan ejaan alphabet.
2. Anak mengeksplorasi huruf di kertas pasir.melihat dan menyentuh bentuk huruf sesuai arah huruf ditulis. Belajar membedakan vocal dan konsonan. Mengenali tulisan dan ejaan konsonan dan vocal.membaca dan menulis tidak dianjurkan dalam tahap ini.
3. Anak mengeksplorasi huruf alfabet yang dapat dipindahkan. Anak mengidentifikasi dan memilih huruf .anak dianjurkan menyusun kata dengan huruf. Karena anak dapat melihat dan merasakan huruf, maka anak belajar membaca dan menulis secara abstrak. Anak tidak mengingat bentuk dan ejaan alphabet.
4. Anak menggunakan silinder bertombol dan alat peraga sejenis untuk melatih cengkeraman jari tangan dan melemaskan otot tangan untuk menulis.
5. Anak belajar mengeja kata-kata dengan mensintesakan bunyi huruf. Anak menyesuaikan berbagai obyek dengan huruf yang bisa dipindah yang menunjukkan huruf inisial nama obyek. Ini membantu anak belajar mengenali ejaan huruf di kata yang berbeda.
6. Anak mulai menulis huruf. Tahap ini dimulai 6 bulan setelah diperkenalkan denga Huruf Besar yang Dapat Dipindah. Tanpa alat bantu yang kongkrit, anak harus mengandalkan ingatan bentuk huruf dan ejaan huruf. Anak melatih menulis huruf alphabet.
7. Anak melanjutkan belajar menyusun dan menulis kata. Latihan mengajarkan anak mengenali dan membentuk seluruh kata. Ini mempersiapkan anak membaca.
8. Sekarang anak belajar membaca kata. Anak belajar kata baru secara teratur. Latihan mensintesakan huruf memperkenalkan phonogram dan kata yang lebih besar dan lebih panjang.
9. Anak belajar membaca dan menyusun kalimat. Sekarang anak mengeksplorasi buku. Tata bahasa diperkenalkan untuk membantu belajar merangkai kata menjadi kalimat yang bermakna.
Dalam kurikulum Montessori, anak tidak pernah dipaksa menyelesaikan latihan. Program bahasa juga mengikuti tahap alami perkembangan anak. Anak dibiarkan menulis dan membaca sesuai cara dan kesempatan yang ada. Inisiatif belajar anak didukung bimbingan guru menjadikan anak bisa membaca (melek huruf) secara bertahap.
Presentasi linguistic menunjang perkembangan anak secara alami dan tuntas. Menyelaraskan kesulitan dan kemampuan, anak bisa meningkatkan peluang sukses dan mengkondisikan anak selalu menghadapi tantangan dengan percaya diri.
d. Matematika
Pada kurikulum Montessori, Matematika diajarkan secara bertahap:
1. Anak belajar konsep penjumlahan secara konkrit. Dengan konsep pengenalan angka, anak mengalami bagaimana satu, dua atau sepuluh batang dapat dilihat dan dirasakan.
2. Anak belajar nama angka satu sampai sepuluh. Angka dari kertas pasir memungkinkan anak melihat dan merasakan bentuk symbol angka 1 sampai 10 selagi guru mengucapkan nama angka yang dipegang anak.
3. Anak menyempurnakan kemampuan mengenli symbol numeric dan jumlah dengan mengulangi langkah 1 dan 2 dengan alat peraga lain. Missal, anak menggambar bentuk angka di bak pasir atau menggunakan tangga manik-manik pendek untuk menyusun jumlah yang kongkrit. Matematika dijarkan secara bertahap: ulangi langkah 1 dan 2 dengan alat peraga lain. Missal, anak menggambar bentuk angka di bak pasir atau menggunakan tangga manik-manik pendek untuk menyusun jumlah yang kongkrit.
4. Anak menghubungkan setiap symbol angka dengan jumlah terkait. Dengan kotak kumparan, anak menyatakan beberapa ikatan kumparan dan meletakkan setiap ikatan di kotak terpisah yang dilabeli symbol angka terkait.
5. Anak mengulangi langkah 1 sampai 4. Kali ini memfokuskan system decimal, menggunakan manik-manik emas. Anak belajar menghitung 1 sampai 1000 berdasarkan pemahaman angka 1 sampai 10. Anak memakai papan sequin untuk mengasosiasikan angka yang besar dengan jumlahnya.
6. Anak mulai menulis angka .jika belum bisa memegang pensil, anak terus menyempurnakan pemahamannya tentang decimal dengan memindahkan potongan kertas symbol angka ke gambar yang jumlahnya sesuai.
7. Hanya setelah memahami konsep angka, anak mulai belajar penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian. Anak beralih belajar dari konkrit ke symbol. Papan dan matematika memudahkan anak mengerjakan operasi matematika di otak.
8. Anak belajar konsep matematika lain seperti pecahan, aljabar, geometri dan satuan ukuran.
e. Seni dan musik
Kurikulum Montessori berupaya membangkitkan minat alami anak terhadap seni dan music. Selama pelajaran seni berlangsung, anak bebas menggunakan alat lukis dan alat lain. Cara ini menumbuhkan kreatifitas dan pengungkapan diri. Disiplin diri akan tergali dari buah karya artistiknya. Dengan membiarkan pengalaman sebagai sumber inspirasi, anak akan bangga terhadap hasil karyanya. Bahkan anak termotivasi menyelesaikan karya meski perlu berhari-hari.
Music menjadi komponen paling penting dalam kurikulum Montessori. Irama bel music membantu meningkatkan kepekaan indra pendengaran. Dengan memukulkan palu kayu ke 8 bel satu per satu, anak-anak membedakan nada tinggi dan rendah. Anak sebenarnya memadankan nada dengan symbol music. Seperti halnya dalam pelajaran bahasa, latihan music membuat anak mengenal bunyi sebelum symbol. Cara ini lebih bagus daripada mengajarkan pengenalan bunyi menurut symbol terkait. Pelajaran musik juga mengajarkan pola ritma dengan latihan mengatur irama menurut tempo.
f. Kebudayaan
Anak-anak diperkenalkan mempelajari Geografi, Sejarah, IImu tentang tumbuh-tumbuhan dan IImu pengetahuan yang sederhana. Anak-anak belajar melalui latihan individual, kelompok dan aktivitas-aktivitas latihan seperti diskusi mengenai dunia sekitar mereka, pada saat ini dan masa lalu. Pengenalan akan tumbuh-tumbuhan dan kehidupan binatang seperti juga pengalaman sederhana untuk mengetahui lebih jauh tentang ilmu pengetahuan alam.
Selain itu, anak-anak pun diperkenalkan tentang masakan khas daerah, melalui 'cooking'.Enam area ini saling berkaitan dan diperkenalkan secara bersamaan kepada anak. Anak-anak tidak diwajibkan untuk menguasai satu area sebelum berpindah ke area yang lain, namun banyak latihan yang harus dikuasai sebelum melangkah ke matematika dasar dan pemahaman bahasa. Area LKP dan penginderaan merupakan fondasi yang mendasar bagi area-area yang lain.
Sepanjang hari di sekolah diperkenalkan pula aktivitas-aktivitas yang memungkinkan anak-anak menikmati dan mengembangkan keakhlian dan kepekaan sosial mereka.
3.4. Peran Guru
Peran guru di sekolah Montessori adalah menyediakan secara seksama lingkungan yang bernuansa ilmiah dan memberi anak-anak arahan dan bimbingan dalam lingkungan tersebut. Guru berperan sebagai observer , pengamat yang selalu siap membimbing dan mengarahkan jika diperlukan anak. Guru selalu memantau perkembangan anak dan catatan kemajuannya secara ilmiah sehingga mereka dapat merencanakan aktivitas bagi anak-anak tersebut untuk menyiapkan pertumbuhan selanjutnya, setahap demi setahap. Guru-guru Montessori menghargai anak-anak sebagai individu dan menghormati hak diri mereka, dan mereka tidak menggunakan hukuman atau caci maki ketika mendapati anak yang melakukan kesalahan. Yang paling penting peran guru disitu adalah memberikan keteladanan pada anak.
3.5. Peran anak
Anak-anak adalah pelajar yang aktif. Anak-anak di Sekolah Montessorimemilih sendiri aktivitas mereka dan guru memutuskan jika aktivitas yang dipilih itusesuai dengan tingkat perkembangan anak. Aktivitas perseorangan didukung karenasetiap anak belajar dalam tingkat yang berbeda-beda.
3.6. Proses Pembelajaran Kurikulum Montessori
Untuk penerapan metode Montessori pada kurikulum prasekolah, kita perlu mengetahui rangkaian dari latihan-latihan yang harus diberikan pada anak secara berurutan. Rangkaian dari latihan tesebut merupakan serangkaian latihan yang telah digunakan sebelumnya di Casa de Bambini yang dibina oleh Maria Montessori.
Berikut rangkaian latihan yang dapat digunakan sebagai proses pembelajaran pada prasekolah Montessori:
a. Tingkatan pertama
Segera setelah anak tiba disekolah dapat diberi latihan-latihan sebagai berikut:
· Pada latihan kehidupan praktis (practical life) anak dilatih menggeser dan memindahkan kursi-kursi dengan tenang.
· Menalikan sepatu, memasang kancing, cantelan celana, dan sebagainya.
· Menggunakan permainan silinder untuk latihan indra.
Diantara latihan-latihan ini, yang paling berguna adalah latihan dengan silinder-silinder. Pada tahap ini anak mulai mengkonsentrasikan perhatiannya. Anak untuk pertama kalinya membuat perbandingan, pemilihan dimana anak melatih pertimbangan dan kebijaksanaannya. Itu berarti melatih kecerdasannya.
Di Antara latihan dengan alat silinder ini, terdapat tahapan-tahapan dari yang mudah hingga yang lebih sulit:
a. Silinder dengan tinggi yang sama dan dengan diameter yang semakin kecil.
b. Silinder yang menurun dalam semua dimensinya.
c. Silinder yang semakin menurun tingginya saja.
a. Tingkatan kedua
Pada latihan ketrampilan kehidupan sehari-hari (practical life), anak berlatih bangkit dan duduk dengan tenang (sebagai latihan pendengaran) kemudin berjalan lurus menurut jalur yang diiringi dengan irama musik.
Latihan-latihan indra, pada latihan ini berkaitan dengan dimensi-dimensi sehingga anak berlatih untuk membedakannya.Berikut kegiatan yang dapat dilakukan untuk melatih indra anak:
a. Latihan dengan menara.
b. Latihan dengan tangga coklat (tangga pendek).
c. Latihan dengan tangga merah (tangga panjang).
d. Latihan membedakan kasar-lincin.
e. Menyusun warna sepasang.
Pada tahapan kedua ini terdapat perbedaan yang mencoloh dibandingkan tahap pertama. Pada tahap ini benda yang digunakan jauh lebih besar, melatih mata anak untuk mengenali perbedaan dan mengontrol kesalahan. Pada tahap sebelumnya, keslahan- kesalahan diperlihatkan kepada anak oleh bahan pembelajaran itu sendiri. Pada latihan sebelumnya anak membuat gerakan-gerakan yang jauh lebih sederhana (sambil duduk menyusun benda-benda kecil dengan tangannya), pada latihan tahap ini anakmembuat gerakan yang lebih kompleks dan lebih sulit dengan melibatkan otot-otot kecil. Anak harus bergerak dari meja menuju karpet, bangkit, berlutut membawa benda-benda berat.
b. Tingkatan ketiga
Latihan ketrampilan kehidupan sehari-hari. Anak-anak dilatih membersihkan diri sendiri, melepas dan memakai pakaian sendiri, membersihkan meja, belajar memegang dan menggunakan benda, dsb.
Latihan-latihan indra, pada tahap ini anak dilatih untuk mengenali tingkatan rangsangan (tingkatan sentuhan dan warna). Anak diberi kebebasan untuk melatih diri sendiri dengan bebas. Dimulai dengan memberikan rangsangan untuk indra pendengaran (suara dan bunyi-bunyian) dan juga rangsangan tekanan (dengan media benda kecil dengan berat yang berbeda-beda). Bersamaan dengan tahapan tersebut kita dapat menyajikan benda geometris dasar. Disinilah dimulai pelatihan gerak tangan untuk mengikuti kontur dari benda geometris tersebut, sebuah latihan yang dilakukan bersama latihan lain dengan pengenalan rangsangan sentuhan yang bertingkat dimana hal ini untuk mempersiapkan anak untuk mampu menulis.
Rangkaian kartu-kartu yang memuat bentuk geometris, diberikan setelah anak mampu mengenali secara sempurna bentuk yang sama dengan gambar pada kartu. Penggunaan kartu berfungsi untuk mengenali tanda-tanda abstrak, yaitu tulisan. Anak belajar untuk mengenali sebuah bentuk bergambar, latihan pendahuluan tersebut membentuk kepribadian yang teratur dan cerdas pada anak.
c. Tingkatan Keempat
Latihan ketrampilan hidup sehari-hari. Anak-anak menata dan membersihkan meja untuk makan siang, mereka belajar untuk menata ruangan. Pada tahap ini anak diajarkan untuk merawat anggota tubuh sendiri (bagaimana menyikat gigi, membersihkan kuku, merawat kebersihan rambut,dsb). Anak telah diajarkan untuk belajar berbaris, berjalan dengan kebebasan dan keseimbangan yang sempurna. Anak sudah tahu bagaimana mengendalikan dan mengarahkan gerakan tubuh mereka sendiri (bagaimana menciptakan ketenangan, menggerakkan dan memindahkan beragam benda tanpa menjatuhkan ataupun merusaknya.
Latihan indra. Pada tahap ini anak dilatih untuk mengenali not-not music dengan bantuan dari rangkaian-rangkaian lonceng duplikat.
Latihan yang terkait dengan menulis. Anak diperkenal kan pada inset-inset geometris datar dari logam, dia telah mampu mengkoordinasi gerakan yang diperlukan untuk mengikuti kontur-kontur. Pada tahap ini, anak tidak lagi mengikuti kontur benda dengan jarinya tetapi dengan sebuah pensil, menggambar pada sebuah kertas dengan pensil warna. Kemudian anak mewarnai bentuk-bentuk tersebut dengan pensil warna. Anak berlatih memegang pensil sebagaimana nanti dia akan memegang pena untuk menulis.
Pada saat yang sama anak diajari untuk mengenali dan meraba huruf-huruf alphabet yang terbuat dari kertas amplas.
Latihan arimatika. Anak berhitung batang berwarna merah dan biru, dimulai dari batang yang terdiri dari satu bagian hingga berlanjut ke batang yang terdiri dari sepuluh bagian. Latihan tersebut berfungsi menyempurnakan kecerdasan anak. Memudahkan anak untuk membuat huruf-huruf yang tinggi ataupun rendah, hal ini akan menyingkirkan penggunaan buku-bku bergaris yang digunakan pada umumnya.
d. Tingkatan Kelima
Pada tahap ini latihan-latihan yang terdahulu tetap dilanjutkan,
Contoh Aktifitas Harian di Sekolah Montessori:
Jam
|
Aktivitas
|
8.30
|
Kathy dan Yolanda merupakan anak pertama yang datang ke sekolah.
Mereka menyapa guru,”selamat pagi ibu guru May” kemudian duduk mengerjakan latihan mewarnai.
Ibu guru May mempersiapkan ruangan kelas dan materi. Setiap kali dating ke sekolah, sebagian besar anak terfokus ke rak untuk memilih materi mewarnai.
Sekolah dimulai
Rak kehidupan praktis sangat popular bagi anak-anak.
Ibu guru may melihat Oliver menghitung bandul untuk dimasukkan ke kotak bandul, ia berhasil memasukkan jumlah bandul sesuai dengan nomor kotak bandul. Ibu guru may mencoba mengalihkan perhatiannya ke anak yang paling kecil yang sedang sibuk bermain kubus binominal.
|
9.00
|
Ibu guru may menyarankan anak-anak main kepala, pundak, lutut, kaki. Ia menuliskan label kecil, yang menjelaskan nama organ tubuh.
Anak-anak kemudian mencocokkan label ke tempat yang sesuai di gambar anatomi manusia.
Ibu guru mengamati dan mendengarkan ketika anak mendiskusikan kemana label akan diletakkan di anatomi yang sesuai. Anak yg lebih dewasa diminta membantu anak yg lebih kecil, mereka bermain riang gembira.
Ibu guru memperhatikan steven duduk sendirian,diam, terpaku pada teka teki alam lingkungan. Ibu guru membiarkannya bermain. Ketika anak lain menyelesaikan permainan tubuh manusia, steven mulai melihat dan mengamati label di anatomi manusia.
|
9.30
|
Ibu guru Jo datang membawa gitar dan mengundang anak-anak belajar musik dan gerak. Anak-anak mulai menikmati music dan gerak. Kali ini ada sedikit gangguan, Jessie ingin memainkan tambourine yang sedang dimainkan anak lain. Ibu guru Jo melerai dengan cara setiap anak dapat bertukar alat musik pada lagu berikutnya.
|
10.00
|
Setelah pelajaran selesai, ibu guru may meminta anak-anak bermain diluar ruangan. Ibu guru may mempersiapkan makanan ringan untuk anak-anak.
Ibu guru mengingatkan agar tidak saling dorong selagi antri dan tidak boleh keluar ruangan. Setelah diluar , anak-anak bebas bermain. Ada yang bermain pasir, memetik bunga dan memberi makan kelinci.
Setelah 15 menit, anak-anak masuk ke ruang makan yang mana setiap meja telah disajikan makanan. Anak-anak membasuh tangan terlebih dahulu, kemudian duduk dan menerima kue, buah dan minuman. Setelah makan, anak-anak mencuci piring dan menggosok gigi.
|
10.30
|
Ibu guru may membagi anak dalam 2 kelompok. Anak diminta mengerjakan seni kerajinan. Bu guru meminta anak yang besar menyalin dan menelusuri kata dalam permainan kepala, pundak lutut, kaki. Kelompok anak yang lebih kecil sibuk dengan memilih aneka materi prasekolah Montessori.
|
11.00
|
Tibalah waktunya membentuk lingkarann. Ibu gurur duduk di sudut ruangan. Anak-anak diminta membentuk lingkaran dengan menyanyikan lagu circle time.
|
11.30
|
Anak-anak membentuk baris dan berjalan berkeliling ruangn sambil bernyanyi little red Caboose. Kemudian mereka mengambil dan mengembalikan tas kertas berisikan kacang dn gelas berisi air. Mereka antri dan menunggu bu guru may mengucapkan “selamat berpisah” sebelum menjawab “terimakasih bu guru may” sekolah usai. Anak-anak menunggu dijemput orangtua.
|
3.7. Pengaturan Ruangan dan Perlengkapan
a. Pengaturan Ruang Kelas
Ruang kelas di sekolah Montessori diatur secara fungsional bagi anak, yangmemungkinkan anak bekerja, bergerak dan berkembang secara bebas. Kondisiruangan dan peralatan disesuaikan dengan ukuran anak. Material pembelajarandiatur dalam rak-rak yang mudah dijangkau anak. Ruang kelas harus ditata indahdan menarik bagi anak karena pada usia awal rasa estetika mulai berkembang.Dinding ruang belajar diberi gambar yang menarik. Tersedia buku-buku yang dapatdiambil anak kapan saja. Contoh pengaturan ruangan pada prasekolah Montessori:
Jenis Ruangan
|
Kegiatan
|
Ruang Kegiatan
|
- Area Practical Life
- Area Circle Time
- Area Pre math and perception
- Area Dramatic Play
- Area Language and Vocabulary
|
Ruang Serba Guna
|
- Library
- Gross motor
- Music Pertemuan
· Ruang makan
|
Ruang Makan
|
Di ruang makan ini tersimpan peralatan makan, meja dan kursi serta washtafel
|
Ruang bengkel
|
- Fine motor
- Cooking
- Art Display
- Sensory Experience
|
Ruang Tidur
|
Dilengkapi dengan peralatan tidur untuk anak-anak yang ikut kegiatan hingga
sore hari
|
Kamar mandi
|
Untuk keperluan Mandi, huang air besar dan kecil
|
Play ground
|
Untuk tempat bermain di luar ruangan untuk melatih motorik kasar anak
|
3.8. Assesment
Assesment yang umum digunakan pada prasekolah Montessori tidak mengunakan angka untuk mengevaluasi kemajuan anak. Apa yang dilakukan anak-anak menakjubkan sehingga sangat sulit untuk mengestimasi kemajuan mereka dengan sebuah angka. Bagaimana kita bisa mengetahui kemajuan seorang anak dengan memberikannya angka, padahal mereka tidak melakukan seranngkaian tes berupa angka?
Penilaian pada kurkulum Montessori diambil berdasarkan sejauh mana anak mendapatkan pengalaman dengan metode Montessori. Dengan kata lain apakah anak bear-benar mendapatkan materi dan filosofi Montessori secara menyeluruh.
Metode assessment yang terbaik untk diberikan ke anak harus memiliki kriteria sebagai berikut:
1. pertama, harus berupa chart, list, atau skema yang berisi kegiatan yang sudah dikerlakukan anak. Perlu dicantumkan keterangan dimana anak melakukan latihan
2. evaluasi berisi hasil kerja anak, contoh hasil tulisan, gambar, kreasi seni, dan portfolio kegiatan anak.
3. assessment harus memiliki cerita rangkuman kemajuan anak yang merupakan hasil observasi guru. Hasil observasi tersebut dapat mendukung nilai anak. Dimana tergambar bagaimana anak melakukan latihan di sekolah dan keaktifannya dalam menyelesaikan setiap latihan.
Karakteristik yang harus diamati guru dalam menilai siswa Montessori:
1. kebebasan
disamping memberikan kebebasan untuk memberikan tugas kepada anak, siswa Montessori diberi kebebasan untuk melakukan dan memilih sendiri latihan yang mereka suka.
2. Percaya diri
Siswa Montessori dapat menghadapi kehidupan dengan percaya diri, mereka mungkin tidak tahu jawaban dari setiap masalah, tetapi mereka tau dimana mereka harus meminta tolong jika diperlukan. Bukan kepercayaan diri yang arogan, tetapi kepercayaan diri untuk mencoba hal-hal baru dan menjadi petualang.
3. Disiplin diri
Disiplin diri membuat anak untuk membuat keputusan yang tepat tanpa adanya pengaruh orang dewasa. Mendidik anak untuk memiliki kedewasaan bukan pekerjaan mudah, ini adalah proses panjang yang harus menjadi focus para guru.
4. Motivasi diri
Ide dibalik keindahan lingkungan dan media pembelajaran didalam kelas, adalah penggunaan material yang dibuat sedemikian mungkin sehingga akan menunjukkan kebutuhan anak sesungguhnya. Guru tidak boleh memaksa anak untuk melakukan latihan. Anak sudah tahu apa yang mereka inginkan dan butuhkan. Jika orangtua dan guru selalu mengatur anak, hal ini menjadikan anak tidak punya kesempatan untuk menunjukkan apa yang ia inginkan.
5. Kemampuan pengendalian diri
Konsep yang salah dipahami banyak orang dimana murid di prasekolah Montessori dibiarkan begitu saja berlari kesana-kemari dan bebas melakukan yang mereka mau tanpa adanya bimbingan guru. Murid di prasekolah Montessori diperlakukan dengan hormat, sehingga mereka menghormati guru, alat permainan, dan teman main mereka. Memang sulit bagi anak untuk mengendalikan diri mereka, tetapi seiring dengan proses mereka bisa mencapai hal tersebut.
KESIMPULAN
Dari perspektif Montessori, pendidikan prasekolah terbaik adalah yang tidak memberitahu anak apa yang harus dikerjakan, serta kapan dan dimana harus mengerjakan. Pendidikan usia dini idealnya memandu anak untuk mendidik diri sendiri dengan memberi peluang untuk mncari potensi diri sesuai kemampuan yang ada. Ketika anak antusias terhadap sesuatu, anak biasanya memperhatikan dengan seksama. Ada kemauan menyentuh obyek atau melakukan aktifitas yang menarik baginya berulang-kali. Bahkan giat melakukan latihan dan akan mengingatnya. Akhirnya pendekatan ideal pada pendidikan Montessori mengakomodasikan perkembangan anak terhadap pemahaman hal-hal yang konkrit sebelum diperkenalkan hal-hal yang abstrak. Menyuguhkan lingkungan yang kondusif untuk menyiapkan kehidupan anak di masa dating sesuai perspektif anak.
Prasekolah Montessori tidak sekedar kantor atau bengkel kerja anak. Namun juga sebagai rumah kedua, misalnya furniture, tempat cuci tangan, toilet, alat rumah tangga, atau alat kerja lain di prasekolah Montessori semua berukuran mini. Ciri khas sekolah Montessori yang paling mencolok adalah alat peraga yang disusun di rak. Mulai dari yang sederhana hingga ke yang kompleks. Ini membuat anak terus sadar tentang adanya peluang memperluas cakrawala. Dinding kelas didekorasi dengan hasil karya seni anak. Hal tersebut menciptakan rasa bangga terhadap prestasi dan rasa memiliki ruang kelas, dan menghidupkan suasana kelas.
Interaksi antar anak dengan guru bersifat alami dan spontan, namun teratur dan saling menghargai. Anak menunjukkan sikap saling setia kawan dalam memberikan andil menjaga lingkungan kerj sesuai aturan yang ia amati. Guru harus selalu sabar, tanggap, ceria, dan ringan tangan sehingga menarik perhatian anak. Guru bekerjasama dengan sikap penuh percaya diri dan terstruktur.
Dalam prasekolah Montessori, kesinambungan dicapai Antara menginstruksikan anak dan memberikan pelajaran. Dirumah, hubungan serupa dapat dijalankan oleh orangtua dengan anak. Jika lingkungan tidak dipersiapkan, anak akan berlku berbeda Antara disekolah dan dirumah. Ini pola yang tidak lazim bagi anak sekarang. Montessori tidak meragukan besarnya nilai investasi buat anak. Itulah hakekat pendidikan di usia dini, yakni investasi. Seperti halnya sama dengan semua investasi, terkadang hasilnya tidak sesuai dengan yang diharapkan. Namun dengan mau menanggung resiko, kita sebenarnya bisa mengetahui potensi anak dan mengarahkan anak ke lingkungan social lebih luas sehingga memiliki masa depan lebih cerah.
Daftar Pustaka
Montessori Maria, edited by Lee Gutek Gerald (2013), Metode Montessori,Yogyakarta : Pustaka Pelajar
Elizabeth G. Hainstock (1999), Kenapa Montessori?,Jakarta : Pustaka Delapratasa
A.Ghazali M, Manan Abdul, Jassin I, Ronoandojo (1971), Sistem Kerdja Dr. Maria Montessori, Djakarta : Ganaco N.V
Maria Montessori (1990), The Discovery Of the Child, New York : Ballantine Books
Morrison, S George, 2012, “Dasar-Dasar Pendidikan Anak Usia Dini”, Cet. 1, Jakarta
Suyadi, Ulfah Mauldya, 2013, Konsep Dasar PAUD”,Cet. 1, Bandung
Demikianlah Artikel Kurikulum Model Montessori untuk Anak Usia Dini
Sekianlah artikel Kurikulum Model Montessori untuk Anak Usia Dini kali ini, mudah-mudahan bisa memberi manfaat untuk anda semua. baiklah, sampai jumpa di postingan artikel lainnya.
Anda sekarang membaca artikel Kurikulum Model Montessori untuk Anak Usia Dini dengan alamat link http://vitabumins.blogspot.com/2015/12/kurikulum-model-montessori-untuk-anak.html