SUDAHKAH KITA MENCINTAI ANAK TANPA SYARAT?

SUDAHKAH KITA MENCINTAI ANAK TANPA SYARAT? - Hallo sahabat DUNIA TUMBUH KEMBANG ANAK, Pada Artikel yang anda baca kali ini dengan judul SUDAHKAH KITA MENCINTAI ANAK TANPA SYARAT?, kami telah mempersiapkan artikel ini dengan baik untuk anda baca dan ambil informasi didalamnya. mudah-mudahan isi postingan yang kami tulis ini dapat anda pahami. baiklah, selamat membaca.

Judul : SUDAHKAH KITA MENCINTAI ANAK TANPA SYARAT?
link : SUDAHKAH KITA MENCINTAI ANAK TANPA SYARAT?

Baca juga


SUDAHKAH KITA MENCINTAI ANAK TANPA SYARAT?

Dear Bunda,
Anak sering di sebut sebagai buah hati orangtuanya. Pernyataan ini adalah untuk menunjukkan bahwa bagi orangtua pada umumnya, anak merupakan sosok yang menjadi tumpahan rasa cinta di sepanjang hidupnya. Dengan kasih yang besar, orangtua merawat dan membesarkan anak sejak masih dalam kandungan, kemudian dilahirkan, menjalani masa kanak-kanak dan remaja, bahkan hingga masa dewasa.
Meskipun tampak sangat populer, mencintai, termasuk pada anak, tidaklah semudah kelihatannya. Mencintai menjadi tidak mudah karena seringkali tumpang tindih dengan kepentingan-kepentingan pribadi. Apa yang kemudian diklaim sebagai mencintai seringkali hanyalah sebuah cara halus untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan pribadi. Karena begitu kompleksnya, hal seringkali berlangsung dalam waktu yang lama, tidak disadari, dan kemudian menjadi cara pandang dan bahkan cara hidup seseorang.
Jika seseorang dalam mencintai orang lain, termasuk pada anaknya, cenderung hanya ke arah memenuhi kebutuhan diri atau cinta bersyarat, ada konsekuensi negatif yang biasanya terjadi. Yang pertama, seperti yang disampaikan sebelumnya, adalah akan sering munculnya berbagai perasaan negatif seperti kecewa, marah, dan semacamnya. Perasaan ini sebenarnya muncul karena ada ancaman untuk terusiknya pemenuhan kebutuhan diri. Karena hasrat pemenuhan kebutuhan diri ini telah mengikatnya dengan sangat kuat, terusiknya pemenuhan kebutuhan diri tersebut akan menimbulkan berbagai emosi dan perasaan negatif seperti marah, kecewa, sedih, dan semacamnya. Karena pada kenyataannya kita tidak akan mampu menjadikan seseorang yang kita cintai selalu memenuhi harapan kita, cinta bersyarat selalu berpotensi memunculkan berbagai perasaan negatif tersebut. Selain itu, kemunculan berbagai emosi dan perasaan negatif tersebut menunjukkan ketidakmatangan diri serta semakin lama akan mempengaruhi kesehatan baik secara fisik maupun secara psikologis.
Konsekuensi negatif yang kedua dari cinta bersyarat terkait dengan orang yang menjadi sasaran cinta yang sebenarnya hanyalah hasrat memenuhi kebutuhan diri tersebut. Bagi mereka yang mendapatkan cinta bersyarat, kehidupan mereka seringkali berada pada situasi tertekan. Tekanan tersebut muncul karena adanya keinginan yang kuat dari orang lain untuk menjadi seperti apa yang mereka inginkan. Orang-orang seperti ini akan terpaksa menjalani kehidupan semata-mata demi memenuhi keinginan orang lain. Keinginan tersebut sangat sulit ditolak karena berasal dari orang-orang yang sangat penting dalam hidupnya misalnya orangtuanya. Mereka bisa saja melakukannya dalam jangka waktu yang lama sehingga sampai mereka sendiri tumbuh menjadi pribadi yang tidak tahu apa yang mereka inginkan. Pribadi seperti ini akan tumbuh menjadi pribadi yang sangat tergantung pada orang lain dalam segala hal dan hampir tidak adanya bedanya dengan robot yang hanya bergerak jika menerima program dari luar.
Agar dapat mengantisipasi munculnya berbagai hal negatif karena cinta bersyarat, orangtua perlu belajar memberikan cinta tanpa syarat pada anak-anaknya. Cinta tanpa syarat ini dapat dilakukan saat orangtua mampu menyadari dan berusaha membebaskan diri dari kepentingan-kepentingan dirinya. Saat kemudian muncul, kepentingan diri ini perlu di wapadai karena seringkali terselubung dalam berbagai ungkapan seperti “cinta pada anak”, “demi kepentingan anak” dan sebagainya. Baru jika orangtua mampu membebaskan diri dari belenggu hasrat pemenuhan kebutuhan diri semata, cinta yang diberikan adalah cinta yang tulus dan tanpa pamrih. Dan bukankan demikian semestinya cinta orangtua: hanya memberi tak harap kembali, bagai sang surya menyinari dunia
sumber: liputan6
LIKE & SHARE yaa Bunda grin emoticon



Demikianlah Artikel SUDAHKAH KITA MENCINTAI ANAK TANPA SYARAT?

Sekianlah artikel SUDAHKAH KITA MENCINTAI ANAK TANPA SYARAT? kali ini, mudah-mudahan bisa memberi manfaat untuk anda semua. baiklah, sampai jumpa di postingan artikel lainnya.

Anda sekarang membaca artikel SUDAHKAH KITA MENCINTAI ANAK TANPA SYARAT? dengan alamat link https://vitabumins.blogspot.com/2015/10/sudahkah-kita-mencintai-anak-tanpa.html