Model Kurikulum Multiple Intelegences (Howard Gardner)

Model Kurikulum Multiple Intelegences (Howard Gardner) - Hallo sahabat DUNIA TUMBUH KEMBANG ANAK, Pada Artikel yang anda baca kali ini dengan judul Model Kurikulum Multiple Intelegences (Howard Gardner), kami telah mempersiapkan artikel ini dengan baik untuk anda baca dan ambil informasi didalamnya. mudah-mudahan isi postingan yang kami tulis ini dapat anda pahami. baiklah, selamat membaca.

Judul : Model Kurikulum Multiple Intelegences (Howard Gardner)
link : Model Kurikulum Multiple Intelegences (Howard Gardner)

Baca juga


Model Kurikulum Multiple Intelegences (Howard Gardner)

http://www.uky.edu/~eushe2/images/
1Hakikat Kecerdasan
Gardner menyatakan bahwa kecerdasan merupakan kemampuan untuk menyelesaikan masalah, menciptakan produk yang berharga dalam satu atau beberapa lingkungan budaya masyarakat. Ia memiliki pandangan yang pluralistik mengenai pemikiran. Menurutnya, pandangan tentang kecerdasan harus mengakui bahwa setiap orang mempunyai kekuatan dan pemahaman yang berbeda dan berdiri sendiri, menerima bahwa orang mempunyai kekuatan berbeda dan gaya pemahaman yang kontras.[1]Gardner tidak memandang “kecerdasan” manusia berdasarkan skor tes standar semata, namun Gardner menjelaskan kecerdasan sebagai berikut:
-    Kemampuan untuk menyelesaikan masalah yang terjadi dalam kehidupan manusia,
-    Kemampuan untuk menghasilkan persoalan-persoalan baru untuk diselesaikan,
-    Kemampuan untuk menciptakan sesuatu atau menawarkan jasa yang akan menimbulkan penghargaan pada budaya seseorang.[2]

Yuliani mengungkapkan kecerdasan adalah modal anak untuk belajar, beliau memaparkan modalitas yang dimiliki setiap individu disertai cara perilakunya sebagai berikut.
1.    Kecerdasan Visual, orang yang dengan modalitas visual belajar melalui apa yang mereka lihat. Modalitas ini mengakses citra visual yang diciptakan maupun diingat. Cara perilaku, Individu yang cenderung memiliki modalitas visual antara lain: selalu meletakkan sesuatu secara rapi dan teratur, berbicara dengan cepat dan sering menjawab dengan singkat, pengeja yang baik dan dapat melihat kata-kata yang sebenarnya dalam pikiran mereka, lebih suka membaca daripada dibacakan, lebih suka karya seni tiga dimensi daripada musik.
2.    Auditorial, orang yang belajar melalui apa yang mereka dengar, biasanya memiliki perhatian yang mudah terpecah, berbicara dengan pola berirama, belajar dengan mendengarkan, menggerakan bibir dan bersuara ketika membaca, senang berdialog. Ciri perilakunya antara lain: mudah terganggu oleh keributan, dapat mengulangi kembali dan menirukan nada, birama dan warna suara, sulit untuk menulis, tetapi hebat dalam bercerita, lebih pandai mengeja dengan keras daripada menuliskannya, lebih suka gurauan.
3.    Kinestika, orang yang belajar lewat gerakan dan sentuhan.Individu biasanya senang menyentuh orang yang berdiri berdekatan, banyak gerak, belajar dengan melakukan, menunjuk tulisan saat membaca. Ciri perilaku, individu yang cenderung memiliki modalitas kinestik, antara lain: berbicara dengan perlahan, menyentuh orang untuk mendapat perhatian, selalu berorientasi pada fisik dan banyak gerak, menghafal dengan cara berjalan dan melihat, menggunakan jari sebagai penunjuk ketika membaca, banyak menggunakan isyarat tubuh[3].
Kecerdasan bagi seseorang memiliki manfaat yang besar bagi dirinya dan bagi pergaulannya di masyarakat karena dengan tingkat kecerdasan yang tinggi seseorang akan semakin dihargai di masyarakat. Tidak ada kepuasan  bagi seseorang selain dirinya mampu menuangkan kecerdasannya untuk memperluas wawasan pengetahuan dan memiliki dampak positif bagi peradaban seluruh manusia di dunia ini.
2.    Kecerdasan Jamak “Multiple Intelligences
Inteligensi yang berpusat pada struktur dan sensivitas jaringan syaraf belahan-belahan otak tertentu, merupakan sifat alami dan potensi manusia belajar yang tak terhingga. Mahayana (dalam Amstrong, 1999) mengatakan itelek/inteligensi manusia jauh lebih luas dari yang disangka. Intelek manusia mempunyai dimensi yang tak terhingga. Ditandaskannya, intelek manusia kian hebat ini dapat terungkap dalam istilah yang mengatakan bahwa All children are born genious (seluruh anak dilahirkan sebagai genius), atau setiap bayi mempunyai potensi untuk menjadi Imago Dei (citra Tuhan) di muka bumi.[4]
Teori inteligensi ganda dikembangkan sebagai penjelasan kemampuan manusia belajar yang dapat tergantung pada tes empiris. Teori ini tampak melindungi sejumlah implikasi pendidikan yang cukup berharga untuk diperhatikan. Kecerdasan dipandang sekilas menggunakan lensa berbeda pada titik-titik perkembangan berurutan. Dalam tahap yang mengikuti, kecerdasan dihadapi lewat sistem simbol: bahasa bertemu dihadapi lewat kalimat dan cerita, musik lewat lagu, pemahaman ruang lewat lukisan, dan seterusnya. Ketika kemajuan berkembang, masing-masing kecerdasan bersama-sama dengan sistem simbol diwakili dalam sistem penulisan.
Lebih dari 15 tahun, Dr. Howard Gardner. Profesor Pendidikan di Universitas Harvard, mealakukan riset inteligensi/ kecerdasan manusia, yang mematahkan mitos bahwa IQ tetap (terbawah sejak lahir dan tidak berubah sepanjang hidup seseorang), sekaligus menegaskan bahwa IQ hanya sebagian kecil dari kecerdasan manusia. Ada variasi bentuk inteligensi, mencakup delapan tipe yang kini teridentifikasi oleh Gardner. Gardner mengungkapkan bahwa inteligensi sebetulnya tidak terbatas pada apa yang telah la identifikasi (masih terus berkembang), namun diyakininya bahwa teori inteligensi ganda yang di kemukakan kini memberikan jawaban kapasitas manusia yang jauh lebih akurat daripada teori inteligensi tunggal (IQ) yang kita kenal sebelumnya. Teori inteligensi ganda ini memperluas wawasan yang berarti bagi potensi manusia dan upaya realisasi/aktualisasinya secara optimal.[5]
Penelitian yang dilakukan Gardner menghasilkan teori inteligensi gandanya yang menguak tabir (profil atau spektrum) inteligensi manusia yang luas dari teori kepercayaan manusia sebelumnya, serta menghasilkan definisi tentang konsep inteligensi yang pragmatik dan menyegarkan. Gardner tidak memandang inteligensi manusiaberdasarkan skor tes standar semata, tetapi ia menjelaskan/mendefinisikan inteligensi sebagai: kemampuan untuk menyelesaikan masalah yang terjadi dalam kehidupan manusia, kemampuan untuk menghasilkan persoalan-persoalan baru untuk diselesaikan dan kemampuan untuk menciptakan sesuatu atau menawarkan jasa yang akan menimbulkan penghargaan dalam budaya seseorang. Definisi pragmatis Gardner tentang inteligensi manusia ini, menegaskan hakekat teorinya.
Mahayana mengemukakan, kesuksesan manusia hanya 4% ditentukan oleh IQ-nya dan setidaknya 75% ditentukan oleh kecerdasan emosional (cerdas spiritual lebih berperan) menjelaskan, orang yang ber-IQ tinggi tetapi karena emosinya tidak stabil dan mudah marah, seringkali keliru dalam menentukan dan memecahkan persoalan hidup karena tidak dapat konsentrasi. Emosi yang tidak berkembang (kurang terolah), tidak terkuasai, sering membuatnya berubah-ubah dalam menghadapi persoalan dan bersikap terhadap orang lain, sehingga banyak menimbulkan konflik. Kiranya jelas bahwa model tes IQ hanya mengukur sesuatu yang lebih tepat disebut bakat bersekolah, sementara kecerdasan sejati mencakup berbagai ketrampilan yang jauh lebih luas[6].
Inteligensi-inteligensi yang dikemukakan oleh Gardner mengandung sub-inteligensi, bahwa inteligensi dalam domain musikmisalnya, memiliki sub-sub meliputi: bermain musik, menyanyi, menulis pratitur musik, memimpin, memberikan kritik, dan menghargai musik. Masing-masing dari tujuh kecerdasan lainnya juga memiliki banyak komponen.
Aspek lain dari inteligensi ganda delapan ini adalah bahwa, mereka bisa dikonseptualisasikan ke dalam tiga kategori besar: (1) bentuk-bentuk inteligensi yang berkaitan dengan obyek (spasial, logika-matematika, kinestetik, naturalis), atau inteligensi yang kapasitasnya dikontrol dan dibentuk oleh obyek yang ada dalam kehidupan seseorang. (2) Inteligensi yang bebas dari obyek (verbal-linguistik, dan musikal), yakni tidak dibentuk oleh dunia fisik tetapi tergantung pada sistem bahasa dan musik. (3) Inteligensi yang berkaitan dengan manusia (interpersonal dan intrapersonal), yang menunjukkan rangkaian perimbangan (counterbalance) yang kuat.
Dengan demikian, inteligensi ganda adalah merupakan salah satu strategi belajar (dengan aneka metode) penyelesaian masalah yang efektif untuk menghadapi kehidupan nyata. Termasuk rekonsiliasi dari penyelesaian konflik sosial berkelanjutan menurut penulis. Amstrong (1999) menegaskan, Inteligensi ganda juga membantu anda lebih memahami serta lebih damai dengan orang-orang di sekelilingmu. Dikatakannya melalui teori ini kamu akan belajar bahwa semua orang mempunyai kekuatan serta ide yang berbeda-beda tentang bagaimana mengerjakan segalanya, yang akan memudahkanmu untuk memahami mereka, dan bahkan belajar dari mereka (kecerdasan hidup interpersonal). Orang yang mempunyai inteligensi intrapersonal menonjol, dapat mengatur perasaan dan emosinya sehingga kelihatan sangat tenang (dewasa tanpa emosi yang meluap-luap). Orang yang ber-IQ tinggi dengan emosi yang stabil dan tidak mudah marah, tidak keliru dalam menentukan/memecahkan persoalan hidup karena dapat berkonsentrasi.
Kompetensi/inteligensi manusia adalah multidimensional dan bersifat ganda atas majemuk, sebagai realisasi/aktualisasi potensi otak (kiri dan kanan) manusia secara penuh atau seimbang, dan patut dikembangkan sejak pendidikan dasar di Indonesia. Urgensi pembelajaran dengan setting inteligensi ganda ini dapat terjawab teori inteligensi ganda Gardner, yang merupakan basil dan riset bertahun-tahun sejak 1979 di Harvard Graduate Schools of Education (didanai oleh Yayasan Berhard Van Leer dari Den Haag), dengan topik utama: sifat alami dan realisasi potensi manusia, khususnya sifat alami manusia belajar. Teori baru Gardner ini telah diakui dunia sebagai suatu teori belajar yang paling inovatif dan akhir-akhir ini banyak mempengaruhi model kurikulum pembelajaran, evaluasi, pengaturan kelas, pendidikan nilai, dan sekolah individual pada banyak negara maju. Berikut ini yang membedakan teori kecerdasan tradisional dengan teori kecerdasan majemuk.[7]
Tabel 1. Perbedaan Kecerdasan Tradisional dan Kecerdasan Jamak
No
Kecerdasan Tradisional
Kecerdasan Ganda
1.
Sebuah model tetap diukur dengan tes jawaban singkat, seperti Intelligence Quotient Stanford-Binet atau menggunakan Skala Wechsler untuk mengukur kecerdasan Anak-anak.
Penilaian individu kecerdasan ganda adalah multidimensi sesuai dengan masing-masing kecerdasan. Tes yang hanya menuntuy jawaban singkat tidak mengukur pemahaman yang mendalam, hanya mengukur keterampilan menghafal dan kemampuan seseorang untuk menjawab pertanyaan dengan singkat.
2.
Intelijen adalah tetap untuk hidup dan tidak berubah dari waktu ke waktu.
Kecerdasan setiap orang ditingkatkan melalui pengalaman hidup, interaksi, pekerjaan, dan sekolah. Otak memiliki tahap perkembangan (jendela kesempatan) di mana masing-masing kecerdasan dapat berkembang sesuai dengan stimulus yang diterima.
3
Label peserta didik sebagai berpikir  "lambat" atau "pintar."
Menghindari label "rendah" atau peserta didik "tinggi"
4
Dalam praktek tradisional, fokusnya adalah pada kemampuan bahasa dan matematika.
Guru ajarkan kepada semua delapan kecerdasan, yang mencerminkan cara yang berbeda siswa berinteraksi dengan dunia.
5
Sukses di sekolah didasarkan pada nilai
Guru menggunakan pendekatan tematik dan  integratif untuk keberhasilan sekolah di mana semua jenis kecerdasan dihargai
6
Guru mengajarkan materi yang sama ke setiap anak dengan cara yang sama.
Guru menggunakan berbagai cara untuk mengajar dan menilai siswa berdasarkan kekuatan dan kelemahan intelektual.

No
Kecerdasan Tradisional
Kecerdasan Ganda
7
Belajar adalah zero sum, menang-kalah atau hanya mengacu pada benar dan salah
Guru mengembangkan strategi yang memungkinkan siswa untuk menunjukkan beberapa kemampuannya, sehingga akan terlihat mana kecerdasan yang menonjol pada siswa.
Sumber: Paticia Phipps, 2010
Tabel 2. Deskripsi singkat Delapan Domain Inteligensi Ganda
Intelegensi
Kemampuan menonjol terikat
Contoh orang
Linguistik verbal
Mengerti urutan dan arti kata; Menjelaskan, mengajar, bercerita, berdebat; Humor; Mengingat dan menghafal; Analisis linguistic; Menulis dan berbicara; Main drama, berpuisi, berpidato; Mahir dalam perbendaharaan kata.

Dramawan, Editor, Pengarang, Jurnalis, Sastrawan, Operator
Matematis-Logis
Klasifikasi dan kategorisasi; Abstraksi, simbolisasi; Pemikiran induktif dan deduktif; Reasong, pola sebab akibat; Berhitung dan bermain angka; Pemikiran ilmiah; problem solving; silogisme.

Logikus, Matematikus, Saintis, Programmer.
Ruang Spatial/Visual
Mengenal relasi benda-benda dalam ruang dengan tepat; Mmepunyai persepsi yang tepat dari berbagai sudut; Representasi grafik; Manipulasi gambar, Menggambar; Mudah menemukan jalan dan ruang; Imaginasinya aktif; Peka terhadap warna, garis, bentuk.

Pemburu, Arsitek, Dekorator, Navigator.
Kinestetik Badani
Mudah ekspresi dengan tubuh; Mengaitkan pikiran dan tubuh; Kemampuan main mimic; Main drama, role playing; Aktif bergerak, sport; Koordinasi dan fleksibilitas tubuh tinggi.
Aktor, Atletik, Penari, Pemahat, Ahli Bedah, Sportmen dan sportwomen.

Intelegensi
Kemampuan menonjol terikat
Contoh orang
Musikal, Ritmis
Kepekaan terhadap suara dan musik; tahu struktur musik dengan baik; Mudah menangkap musik; Mencipta melodi; Peka terhadap intonasi, ritmik; Menyanyi, pentas musik.
Musikus, Penyanyi, Pemain opera, Komponis.
Interpersonal
Mudah kerjasama dengan teman; Mengenal dan mudah membedakan perasaan pribadi teman; Komunikasi verbal; Peka terhadap teman, empati; Suka memberikan feedback.
Komunikator, Fasilitator, Penggerak massa/politisi, Guru, Wirausahawan.
Intrapersonal
Dapat berkonsentrasi diri dengan baik; Kesadaran dan ekspresi perasaan yang berbeda; Pengenalan diri yang dalam, Keseimbangan diri; Kesadaran akan realitas spiritual; Reflektif, suka kerja sendiri.
Ahli agama, Ahli filsafat, Psikolog, Konselor, Terapis.
Naturalis
Berpikir dalam acuan alam; Mampu mengenal bentuk-bentuk alam di sekitarnya (burung, bunga, pohon, hewan dan fauna serta flora lain); Kepekaan terhadap bentuk-bentuk alam lain (ciri geologi bumi, awan misalnya); Peka terhadap bentuk-bentuk budaya populer (sepatu kanvas, sampul CD, model mobil, dll); Memperlihatkan kesadaran ekologis.
Ahli biologi, Penjaga hutan, Hortikulturis, Nelayan, Dokter hewan, Ekolog, dll
Sumber: Gardner, 2011
B.   Content Kecerdasan Jamak “Multiple Intelligences”
1.    Word Smart (Kecerdasan Liguistik)
Kecerdasan ini adalah kemampuan dalam mengolah kata atau menggunakan kata secara efektif, baik secara lisan maupun tertulis. Orang yang cerdas dalam bidang ini dapat berargumentasi, meyakinkan orang, menghibur atau mengajar dengan efektif lewat kata-kata yang diucapkannya. Pandai berbicara, gemar bercerita, dengan tekun mendengarkan cerita atau membaca merupakan tanda-tanda anak yang memiliki kecerdasan linguistic yang menonjol. Kecerdasan ini menuntut kemampuan anak untukmenyimpan berbagai informasi yang berarti berkaitan dengan proses berpikirnya. Kecerdasan ini memiliki 4 keterampilan, yaitu:
-Menyimak
-Membaca
-Menulis
-Berbicara
a.    Tujuan Mengembangkan Kecerdasan Linguistik
1)    Anak mampu berkomunikasi baik lisan maupun tulisan dengan baik.
2)    Anak memiliki kemampuan bahasa untuk meyakinkan orang lain.
3)    Anak mampu mengingat dan menghafal informasi.
4)    Anak mampu memberikan penjelasan.
5)    Anak mampu untuk membahas bahasa itu sendiri
b.    Munculnya Kecerdasan Linguistik
Sejak lahir, bayi manusia memiliki keinginan untuk berbicara. Menangis dan menggerakan tubuh merupakan usaha bayi untuk menyampaikan keinginannya. Saat berusia 6 bulan, ia mulai meraba yang kemudian dilanjutkan dengan mengucapkan kata-kata di usia 1 tahun. Kemampuan berbahasa anak akan meningkat di tahun ke dua usianya ketika ia mulai belajar mengucapkan kalimat-kalimat, menggunakan kata dengan tepat dan efektif.
c.    Pihak yang Mengembangkan Kecerdasan Linguistik
à   Orang Tua
-   Menstimulasi  dengan berbagai permainan yang dapat mengasah kemampuan berbasa anak.
-   Menemukan potensi/bakat berbahasa anak sejak dini.
-   Meluaskan wawasan anak dengan paparan berbagai informasi dan pengetahuan baru.
-   Mengajak anak berkunjung ke toko-toko buku atau perpustakaan.
-   Menjadi fasilitator dan pembimbing.
à   Sekolah
-   Menciptakan lingkungan sekolah yang merangsang, kondusif untuk pembelajaran bahasa.
-   Menstimulasi dengan berbagai permainan yang dapat mengasah kemampuan berbahasa anak.
-   Melakukan pendekatan individual dan menilai kecerdasan lingusitik anak.
à   Lingkungan
-   Membantu mengoptimalkan kemampuan lingusitik anak dengan menyediakan sarana dan prasarana yang menunjang kearah perkembangan tersebut.

d.    Strategi Pengembangan
Materi program dalam kurikulum yang dapat mengembangkan kecerdasan linguistik, antara lain: abjad, bunyi, ejaan, membaca, menulis, menyimak, berbicara atau berdiskusi, bermain games dan sebagainya

e.    Pengembangan pada Anak
à   Mengajak anak berbicara
Bayi memiliki pendengaran yang cukup baik untuk berkomunikasi. Orang tua bisa memberikan stibulasi dengan mengajak anaknya berbicara. Meskipun bayi hanya mendengar dan melihat gerakan, ia memahami bahwa bunyi merupakan unsur penting dalam bahasa, dan pada usia 6 bulan, ia akan mengulangi suku-suku kata yang didengarnya. Terus menerus mengajak anak berbicara, yang merupakan unsur penting berkomunikasi dan keterampilan sosial.
à   Membaca Cerita
Membacakan cerita atau mendongeng kepada anak dapat dilakukan kapan saja, bahkan sejak anak masih bayi. Sejak bayi anak sudah bisa dikenalkan pada buku. Bombing anak untuk membacakan isi ceritanya berulang-ulang sebagai bekal pemahamannya kelak dan membantu meningkatkan konsentrasinya. Ekspresi wajah orang dewasa dengan berbagai intonasi emosi saat membacakan cerita dapat mengarahkan anak menjadi lebih mandiri dalam mengeksplorasi bacaan.
à   Bermain Huruf
Bermain mengenalkan huruf-huruf abjad dapat dilakukan sejak anak masih kecil, seperti bermain huruf-huruf sandpaper (ampelas) anak belajar mengenali huruf-huruf dengan cara melihat dan menyentuhnya, di samping mendengarkan setiap huruf yang diucapkan oleh orang tua atau guru. Seiring dengan pemahaman anak akan huruf dan penggunaannya, ajaklah ia bermain tebak kata.
à   Merangkai Cerita
Sebelum dapat membaca tulisan, anak-anak umumnya gemar “membaca” gambar. Beri anak-anak potongan gambar dan biarkan anak menggungkapkan apa yang ia pikirkan tentang gambar itu. Dan ajaklah ia menyusun gambar-gambar menjadi rangkaian cerita. Membiarkan anak bercerita tentang pengalamannya hari itu juga dapat merangsang keterampilan berbicara.
à   Berdiskusi
Mungkin hal yang sulit untuk berdiskusi adalah dengan anak kecil. Sebenernya, berbagai hal disekitar kita dapat kita diskusikan dengan anak-anak. Bertanyalah tentang apa yang ada di lingkungan sekitar, misalnya anak mungkin memiliki pendapat sendiri tentang binatang peliharaan di rumah atau di lingkungan. Apa pun pendapatnya, orang tua atau guru harus menghargainya. Membicarakan perasaan, selain mengasah perkembangan bahasa, juga melatih untuk mengendalikan emosi.
à   Bermain Peran
Ajaklah anak melakukan suatu adegan yang pernah ia alami, misalnya belanja ke warung, berkunjung ke dokter, atau naik kendaraan dan bertemu sopir. Bermain peran ini membantu mencobakan berbagai peran sosial yang dialaminya, melepaskan ketakutan atau kegembiraan mewujudkan khayalan, selain bekerjasama dan bergaul dengan anak lainnya. Dalam bermain peran ini, anak melakukan dialog saat berkomunikasi dengan lawan mainnya. Hal ini dapat mengembangkan kemampuannya dalam penggunaan kosakata menjadi suatu kalimat dan berkomunikasi dengan orang lain.

2.    Logic Smart (Kecerdasan Matematika)
Kecerdasan logika matematika adalah kemampuan dalam hal angka dan logika. Kecerdasan ini melibatkan keterampilan mengolah kata, angka dan atau kemahiran menggunakan logika akal sehat. Ini merupakan kecerdasan para ilmuan, akuntan, pemograman komputer.  Anak-anak dengan kecerdasan logika matematika yang tinggi memperlihatkan minat yang besar terhadap kegiatan eksplorasi. Mereka sering bertanya tentang berbagai fenomena yang mereka lihat. Mereka menuntut penjelasan logis dari setiap pertanyaan. Selain itu, mereka juga suka mengklasifikasikan benda dan senang berhitung.
a.    Munculnya Kecerdasan Logika-Matematika
Di usia bayi (0-1 tahun) anak sangat suka menguji atau meneliti apa saja yang ada disekitarnya yang dapat dijangkaunya dengan mudah. Saat menginjak usia 2 tahun, ia akan mulai mengklasifikasikan objek-objek berdasarkan warna, bentuk atau fungsinya. Di usia 2-4 tahun, kemampuan mental anak mengalami perkembangan yang sangat pesat. Ia telah mampu berimajinasi, menyadari adanya mimpi, mulai bisa mengaitkan awan mendung dengan hujan yang turun setelahnya.
Di usia 3-4 tahun, anak mungkin telah siap untuk menyukai kegiatan menyusun benda berdasarkan urutannya (kecil ke besar). Di usia ini anak telah berada dalam tahap perkembangan berpikir untuk menimbang dan mengukur. Di usia 4 tahun, keingintahuannya semakin besar dan pertanyaan yang ia ajukan meluncur tiada henti.
Di usia 5 tahun, anak biasanya sudah mulai memahami konsep bilangan 0 hingga 5, bahkan ada anak yang telah mampu menyebutkan bilangan dari 1-10. Pengetahuan anak terhadap bilangan di awali dengan menyebutkannya dan tidak dengan pemahaman bilangan yang mereka sebutkan. Di usia 4-6 tahun, anak mulai mengembangkan kecerdasannya. Informasi yang ia peroleh dari berbagai eksperimen, pengamatan serta jawaban atas pertanyaan-pertanyaan.
b.    Pentingnya Kecerdasan Logika Matematika
Setiap Individu memiliki kemampuan kecerdasan yang berbeda-beda, begitu pula kecerdasan logika-matematika. Selama ini, berbagai kalangan memandang kecerdasan logika matematika jauh lebih penting disbanding dengan kecerdasan linguistic atau kecerdasan musik misalnya. Termasuk dalam konsep penilaian IQ Stanford-Binet yang didasarkan tentang pertimbangan logika matematika. Namun, dengan adanya pertimbangan logika-matematika. Namun, dengan adanya multiple intelligences,  bukan berarti kecerdasan logika-matematika dikesampingkan. 
c.    Pihak yang Terkait dalam Pengembangan Kecerdasan Logika-Matematika
à   Orang Tua
-     Menyediakan lingkungan fisik yang membangun dan merangsang anak serta kaya dengan permainan yang dapat mengasah kecerdasan logika matematika anak.
-     Menstimulasi dengan berbagai permainan yang mengasah kemampuan berhitung anak
-     Menemukan potensi matematika anak sejak dini
-     Meluaskan wawasan anak dengan paparan berbagai informasi dan pengetahuan baru
-     Mengajak anak mengamati kerja seorang ahli pada bindang masing-masing
-     Menjadi fasilitator dan pembimbing anak.
à   Sekolah
Mengenali potensi kecerdasan anak
Melakukan pendekatan individual kepada anak yang berbakat di bidang logika-matematika
Melakukan karyawisata ke tampat-tempat yang dapat member pengalaman dan pengetahuan baru.
à   Melakukan/Masyarakat
Menciptakan lingkungan yang kondusif bagi pengembangan kecerdasan matematika anak. 
d.    Cara Mengembangkan Kecerdasan Logika Matematika
à   Menyelesaikan puzzle, dapat juga dengan permainan, seperti ular tangga, bermain jual-jualan dan monopoli. Permainan ini akan membantu anak dalam latihan mengasah kemampuan memecahkan berbagai masalah dan menggunakan logika.
à   Mengenal bentuk geometri, dapat dimulai dengan kegiatan sederhana sejak anak masih bayi, misalnya dengan menggantung berbagai bentuk geometri berbagai warna. Bagi anak yang lebih besar, usia 2-3 tahun yang telah mampu berbicara, ajaklah mereka membandingkan betapa mencolok perbedaan antara bentuk oval, trapezium, segi empat dan lingkaran.
à   Mengenalkan bagian suatu benda melalui sajak beriama dan lagu, pengenalan bilangan melalui nyanyian anak-anak, atau dapat membuat sajak berirama dan lagu tentang pengenalan bilangan dan konsep berhitung versi sendiri.
à   Ekslorasi fikiran melalui diskusi dan olah fikir ringan, dengan obrolan ringan, misalnya mengaitkan pola hubungan sebab akibat, perbandingan atau pengenalan bilangan dengan topik yang menarik bagi anak, bermain tebak-tebakan, bisa berupa teka-teki atau tebak kata.
à   Pengenalan pola, permainan menyusun pola tertentu dengan menggunakan kancing warna-warni. Pengamatan atas berbagai kejadian sehari-hari sehingga anak dapat mencerna dan memahaminya sebagai hubungan sebab akibat.
à   Eksperimen di alam, membawa anak berjalan-jalan ke luar rumah. Biarkan anak bereksplorasi di alam.
à   Memperkaya pengalaman berinteraksi dengan konsep matematika, dapat dengan cara mengikutsertakan anak belanja, mencermati berat ukuran barang yang dibeli, memilih dan mengelompokkan sayur, buah dan bumbu yang akan dimasak.
à   Games yang penuh strategi dan eksperimen
o   Mengelompokkan benda (2-4 tahun)
o   Mengakrabi lagu yang mengenalkan bilangan (2-6 tahun)
o   Mengukur besar kaki (3-4 tahun)
o   Membaca buku bergambar pengenalan bilangan (3-5 tahun)
o   Menyeimbangkan batang kayu dan gantungan pakaian (3-6 tahun)
o   Menganal dan mempelajari bilangan (3-5 tahun)
o   Mengeksplorasi benda dengan kaca pembesar (3-6 tahun) 
3.    Body Smart (Kecerdasan Fisik)
Kecerdasan fisik adalah suatu kecerdasan dimana saat digunakan akan mampu melakukan gerakan-gerakan yang baik, berlari, membangun sesuatu, karya seni, dan hasta karya karya. Anak-anak dengan kecerdasan bodily-kinesthetic di atas rata-rata, senang bergerak dan menyentuh. Mereka memiliki kontrol pada gerakan, keseimbangan, keseimbangan, ketangkasan, dan keanggunan dalam bergerak. Mereka mengeksplorasi dunia dengan dengan otot-ototnya. Dalam bergerak, anak-anak yang memiliki kecerdasan gerakan tubuh ini memiliki kordinas yang baik. Mereka lakukan dengan tangkas dan cepat. Ini karena mereka memiliki kontrol tubuh yang baik. Mereka adalah tipe pelajar yang mengandalkan tubuh, itu sebabnya memiliki keterampilan motorik halus dan kasar yang baik.
a.    Munculnya Kecerdasan Fisik
Anak mulai dapat menggunakan kecerdasan motorik atau kecerdasan fisik dengan baik pada anak tersebut sudah dapat bergerak dengan sendirinya. Dengan kata lain, anak mulai dapat memaksimalkan kecerdasanya ini saat anak bergerak sendiri. Hal ini dapat dilihat dengan baik yaitu pada saat anak mulai dapat berjalan sendiri dan dapat mengkondisikan dirinya sesuai dengan porsinya.
Anak yang mempunyai kecerdasan ini menandakan sudah matangnya anak dalam mengambil suatu tindakan. Kematangan motorik ini bergantung pada keterangan pada keterangan otot dan syarat yang dimilikinya. Kematangan ini bisa terlihat pada anak usia 1 tahun. Sebab, pada usia ini, umunya anak sdah mulai bisa belajar jalan sendiri dan mencoba untuk menjelajahi keadaan disekitarnya. 
b.    Pihak yang berperan dalam Mengembangkan kecerdasan fisik
à   Orang Tua
-       Menstimulasi dengan berbagai permainan yang mengasah kemampuan fisik
-       Menjadi fasilitator dan pembimbing bagi anak 
à   Sekolah
-       Melakukan pendekatan kepada anak yang berbakat di bidang keterampilan jasmani
-       Menstimulasi dengan berbagai permainan yang mengembangkan kemampuan kinetic.
à   Lingkungan/Masyarakat
Berpartisipasi menciptakan lingkungan yang dpat memberikan pengalaman dan pengambangan kecerdasan fisik.
c.    Mengembangkan Kecerdasan Fisik pada Anak
Materi program dalam kurikulum yang dapat mengembangkan kecerdasan fisik, antaralain: aktivitas fisik, modeling, dansa, menari, olahraga dan sebagainya. Beberapa kegiatan yang bisa menstimulasi kecerdasan fisik diantaranya:
à   Menari
Anak-anak pada dasarnya menyukai musik dan tari. Untuk mengasah kecerdasan fisik ini kita dapat mengajaknya menari bersama. Menari menuntut keseimbangan, keselarasan gerak tubuh, kekuatan dan kelenturan otot.
à   Bermain Peran
Melalui kegiatan bermain peran, kecerdasan gerakan tubuh anak juga dapat terangsang. Kegiatan ini menuntut bagaimana anak menggunakan tubuhnya menyesuaikan dengan perannya. Bagaimana ia harus berekspresi, dengan gerak seluruh tubuhnya. Biasanya bermain peran ini mulai dimainkan anak usia 3 tahun. Dengan bermain peran, kemampuan imajinasi anak pun turut terasah.
à   Drama
Kegiatan drama umumnya menyenangkan bagi anak. Kegiatan ini menyerupai bermain peran, hanya saja dalam lingkup yang lebih luas. Biasanya, kegiatan ini untuk melenturkan otot-otot dan tubuh sehingga tidak kaku bila memainkan suatu gerakan, juga untuk stamina tubuh anak. Dalam kegiatan ini, selain kemampuan gerak anak terasah, kemampuan sosialnya juga berkembang karena ia dituntut bekerjasama dengan temannya.
à   Latihan fisik
Berbagai latihan fisik dapat membantu meningkatkan keterampilan motorik anak. Keterampilan ini juga membantu anak dalam melakukan berbagai kegiatan gerakan tubuh. Tentunya latihan-latihan fisik tersebut disesuaikan dengan usia anak. Misanya, aktivitas berjalan di atas papan dapat dilakukan pada usia 3-4 tahun. Selain melatih kekuatan otot, aktivitas ini juga membuat anak belajar keseimbangan.
à   Berbagai Olahraga
Berbagai kegiatan olahraga dapat juga meningkatkan kecerdasan gerak tubuh anak. Selain itu, kesehatan dan pertumbuhan anak juga akan terangsang. Olahraga yang dilakukan harus disesuaikan dengan kemampuan dan minat anak-anak selain perkembangan motoriknya.

4.    Picture Smart (Kecerdasan Visual Spasial)
Kecerdasan visual spasial adalah kecerdasan yang berkaitan dengan kemampuan anak dalam memvisualisasikan gambar di dalam pikiran seseorang atau kemampuan anak berpikir dalam bentuk visual untuk memecahkan suatu masalah atau menemukan jawaban.
Visual spasial dianggap sebagai salah satu faktor kecerdasan yang penting karena akan memberikan kebebasan kepada anak untuk mengekspresikan dirinya. Melalui visualisasinya, ia dapat menilai dang menggambarkan sebuah benda atau mungkin membantu seseorang yang kehilangan sehingga orang tersebut dapat dengan mudah menemukan letak benda-benda yang hilang. Anak-anak yang memiliki kecerdasan visual spasial cenderung imajinatif dan kreatif.
a.    Munculnya Kecerdasan Visual Spasial
Kecerdasan visual ini dapat mulai diidentifikasi ketika anak mulai memasuki usia sekolah, ketika anak menunjukan ketertarikannya pada sesuatu. Ketika anak mulai memeprlihatkan kesukaannya pada dunia yang berhubungan dengan bentuk, ruang dan benda dan sebagainya. Atau mungkin ketika anak lebih mudah memahami sesuatu melalui gambar dan bukan melalui kata-kata.
b.    Cara Mengembangkan Kecerdasan Visual Spasial
Beberapa kegiatan yang bisa meningkatkan optimalisasi kecerdasan visual-spasial.
à   Menggambar dan Melukis
à   Mencoret-coret
à   Menyanyi, Mengenal dan Membayangkan Suatu konsep
à   Membuat Pra karya
à   Mengunjungi Berbagai Tempat
à   Permainan konstruktif dan kreatif
à   Mengatur dan merancang 
5.    Self Smart (Kecerdasan Intrapersonal)
Kecerdasan intra personal adalah kemampuan diri kita untuk berpikir secara reflektif, yaitu mengacu pada kesadaran reflektif mengenai perasaan dan proses pemikiran diri sendiri, ada pun kegiatan yang mencakup kecerdasan ini adalah berfiir, merancang tujuan, refleksi, membuat jurnal, menilai diri, instropeksi dan sebagainya.
Anak dengan kecerdasan intrapersonal yang menonjol memiliki kepekaan perasaan dalam situasi yang tengah berlangsung memahami diri sendiri dan mampu mengendalikan diri dalam situasi konflik. Ia juga mengetahui apa yang dapat dilakukan dan apa yang tidak dapat dilakukan dalam lingkungan sosial. Pengenalan diri ini harus diajarkan sejak dini kepada anak karena pada saat ini, anak sudah mulai bertanya mengenai “siapa dirinya”
a.    Munculnya Kecerdasan Intrapersonal
Pada usia 2 tahun, anak-anak mendapat konsep permulaan mengenai diri. Misalnya sebuah episode berikut yang digambarkan oleh Symour Epstein dalam Indra dan S. Ahmad (2009) “Seorang anak kecil bernama Diana, yang berusia 2 tahun duduk dimeja bersama-sama keluarganya yang dating berkunjung. Ia diminta untuk menunjuk mana Bibi Rina, dan dia menunjuk dengan benar. Lalu ada permainan dimana mereka meminta Diana menunjuk ke berbagai orang. Kemudia salah seorang diantara mereka berkata “Tunjuk Heny.” Anak itu bingung, ia pun menunjuk ke sembarang orang. Kemudian ibunya berkata :Kamu tahu siapa Heny. Tunjuk pada gadis kecil yang biasa dipanggil Heny.” Sekarang ia mengerti dan tanpa ragu-ragu menunjuk anak yang bernama Heny”.[8]
b.    Cara Mengembangkan Kecerdasan Intrapersonal
à     Menciptakan citra diri positif
Guru dapat memberikan citra positif, citra diri yang baik, kepada anak, yaitu dengan menampilkan sikap yang hangat namun tegas sehingga anak tetap dapat memiliki sikap hormat kepada guru. Selain itu, guru yang juga menghormati dan peduli pada anak didiknya, akan mendapati bahwa ia lebih mudah menawarkan perhatian, penghargaan dan penerimaan pada muridnya.
à     Menciptakan suasana sekolah yang kondusif
Menciptakan suasana sekolah yang kondusif.
à     Lingkungan rumah
ü  Anak tentu memiliki suasana hati atas apa yang dialaminya pada suatu saat tertentu. Agar anak terbiasa dan mampu mencurahkan isi hatinya pada saat tertentu. Agar anak terbiasa dan mampu mencurahkan isi hatinya, beri anak kegiatan seperti menulis buku harian. Dengan begitu, anak dapat menuangkan isi hatinya dalam bentuk tulisan atau pun gambar.
ü  Dengan suasana santai, orang tua dapat sharing kepada anak apa yang ia gemari dan apa yang dia tidak sukai, dan apa yang dia cita-citakan ketika dewasa nanti
ü  Memberi kesempatan kepada anak untuk menggambar diri sendiri menurut sudut pandangnya.
ü  Mengajak anak berimajinasi menjadi tokoh dalam cerita. 
6.    People Smart (Kecerdasan Interpersonal)
Kecerdasan interpersonal adalah kemampuan berpikir lewat komunikasi dengan orang lain. Adapun kegiatan yang mencakup kecerdasan ini yaitu memimpin, mengorganisasi, berinteraksi, berbagi, permainan kelompok, kerjasama dan sebagainya.
Kecerdasan ini haruslah dikembangkan pada diri anak sejak usia dini, karena kecerdasan ini menyangkut cara anak menghadapi dunia luar atau orang lain selain keluarganya. Seandainya kecerdasan ini tidak diasah, anak akan menjadi pribadi yang pemalu, minder dan tidak mau bermain dengan teman-temannya.
Anak dengan kecerdasan interpersonal yang menonjol memiliki interaksi yang baik dengan orang lain, pintar menjalin, serta mampu mengetahui dan menggunakan beragam cara saat berinteraksi. Mereka juga mampu merasakan serta mampu bekerjasama dengan orang lain.
a.    Munculnya Kecerdasan Interpersonal
Saat yang tepat untuk mengembangkan kecerdasan interpersonal ini adalah sejak anak sudah memasuki tahapan bermain dengan anak lainnya.

b.    Cara Mengembangkan Kecerdasan Interpersonal
Materi program dalam kurikulum yang dapat mengembangkan kecerdasan interpersonal antaralain: belajar kelompok, mengejakan suatu proyek, berteman dan sebagainya, adapun aktivitas yang dapat dikembangkan diantaranya:
-       Mengemabngkan dukungan kelompok
-       Menetapkan aturan tingkah laku
-       Memberi kesempatan bertanggung jawab di rumah
-       Bersama-sama menyelesaikan masalah
-       Melakukan kegiatan sosial di lingkungan
-       Menghargai perbedaan pendapat antara si kecil dan teman sebaya.
-       Menumbuhkan sikap ramah dan memahami keragaman budaya lingkungan. 
7.    Musik Smart (Kecerdasan Musikal)
Kecerdasan musikal yaitu kemampuan menangani bentuk bentuk musikal dengan cara memersepsi, membedakan, mengubah, mengekspresikan. Kecerdasan ini meliputi kepekaan pada irama, pola titinada pada melodi dan warna nada atau warna suara suatu lagu. Orang dapat memiliki pemahaman musik formal (bawah-atas) atau disebut (analisis-teknis) dan bisa juga keduanya.
Anak dengan kecerdasan musikal yang menonjol mudah mengenali dan mengingat nada-nada. Ia juga dapat mentranformasikan kata-kata menjadi lagu dan menciptakan berbagai permainan musik.
a.    Munculnya Kecerdasan Musikal
Ciri-ciri anak memiliki kecerdasan musikal dapat dilihat pada kemampuannya dalam memainkan irama dan melodi, misalnya apakah ia gemar menyanyi, bersiul, bersenandung, suka mengetuk-ngetukan tangan dan kaki dan suka mendengarkan musik.
b.    Cara Mengembangkan Kecerdasan Musikal
-       Mendengarkan materi yang memungkinkan anak dapat mendengarkan musik, melodi, instrumentalia dan menyanyi.
-       Beri kesempatan kepada anak untuk melihat kemampuan yang ada pada diri mereka agar lebih percaya diri.
-       Buatlah kegiatan-kegiatan khusus yang dapat dimasukan dan dikembangkan dalam kecerdasan musikal anak.
-       Gunakan rekaman musik dalam suasana belajar anak.
8.    Nature Smart  (Kecerdasan Natural)
Kecerdasan naturalis adalah keahlian mengenal dan mengeksplorasi spesies (flora dan fauna) di lingkungan sekitar, mengenal dan mengeksplorasi spesies, memetakan hubungan antara beberapa spesies dan fenomena alam lainnya. Dan bagi mereka yang dibesarkan diperkotaan, termasuk juga kemampuan membedakan benda tak hidup seperti mobil, motor, alat elektronik dan sebagainya. Juga kemampuan merasakan bentuk-bentuk serta menghubungkan elemen-elemen yang ada di alam.
Anak-anak dengan kecerdasan naturalis yang meninjol memiliki ketertarikan yang besar terhadap alam sekitar, termasuk kepada binatang, di usia yang sangat dini. Mereka menikmati benda-benda dan cerita  yang berkaitan dengan fenomena alam, misalnya terjadinya awal dan hujan, asal-usul binatang, pertumbuhan tanaman dan tata surya.
Dalam proses belajar-mengajar, tujuan pembelajaran kecerdasan naturalis adalah sebagai berikut:
-       Agar anak terarah dalam kemampuannya melihat perbedaan, meneliti, mengidentifikasi dan mengklasifikasikan.
-       Dapat membuat anak mengembangkan minatnya pada lingkungan, lebih mencintai dan menghargai lingkungan, kreatif dalam membudidayakan flora dan fauna.
-       Agar dapat mengembangkan kecerdasan naturalis lebih baik sehingga saat anak dewasa, kecerdasan itu lebih terarah, misalnya tertarik pada pembelajaran biologi, geologi, botani, astronomi dan sebagainya.

a.    Munculnya Kecerdasan Naturalis
Ciri-ciri anak yang memiliki kecerdasan naturalis dapat dilihat dari dara dia menyayangi binatang, keinginan ia memiliki hewan peliharaan, kesukaan ia mengamati burung dan tumbuhan, dapat menikmati benda dan cerita yang berkaitan dengan fenomena alam, senang mengamati apa yang terjadi di lingkungan.

b.    Cara Mengembangkan Kecerdasan Naturalis
à   Beri kesempatan kepada anak untuk mengamati lingkungannya. Bimbinganlah dan berilah penjelasan lebih mendalam tentang apa yang ditelitinya.
à   Biarkan anak memelihara binatang kesayangan dirumah, asalkan binatang itu sehat dan bebas penyakit.
à   Jelaskan tentang siklus dan metamorphosis flora dan fauna misalnya pada buah.
à   Ajak anak berjalan-jalan di alam terbuka, berdiskusilah mengenai apa saja yang terjadi di lingkungan sekitar.
à   Membawa hewan peliharaan ke dalam kelas, dan ajak anak untuk mencatat perilaku hewan tersebut atau menunjukan bagian-bagian tubuh hewan tersebut.
C.   Manfaat Penerapan Multiple Intelligences
Menurut Handy Susanto dalam Indra dan Ahmad (2009) ada beberapa keuntungan yang dapat diperoleh bila menerapkan Multiple Intelligencess di dalam proses pendidikan yang dilaksanakan[9]
1.    Kita dapat menggunakan kerangka Multiple Intelligencess dalam melaksanakan proses pembelajaran secara luas. Aktivitas yang bisa dilakukan, yaitu seperti menggambar, menciptakan lagu, mendengarkan musik, melihat suatu pertunjukan.
2.    Dengan menggunakan Multiple Intelligences, Anda menyediakan kesempatan bagi siswa untuk belajar sesuai dengan kebutuhan, minat dan talentanya.
3.    Peran serta orang tua dan masyarakat akan semakin meningkat dalam mendukung proses belajar mengajar. Hal ini dapat terjadi karena setiap aktivitas siswa dalam proses belajar akan melibatkan anggota masyarakat.
4.    Siswa akan mampu menunjukan dan “berbagi” tentang kelebihan yang dimilikinya. Membangun kelebihan yang dimiliki akan memberikan suatu motivasi untuk menjadikan siswa sebagai seorang “spesialis”
5.    Pada saat Anda “mengajar untuk memahami”, siswa akan mendapatkan pengalaman belajar yang positif dan meningkatkan kemampuan untuk mencari solusi dalam memecahkan persoalan yang dihadapinya.
D.   Penilaian (Assessment)
Mengintegrasikan pendekatan MI keseluruh kurikulum juga memerlukan penyetaraan dalam metode penilaian digunakan untuk mengevaluasi kemajuan belajar anak.
Christodoulou (2009) dalam Patricia mengingatkan kita bahwa pendekatan kecerdasan ganda mengubah tradisi Pertanyaan IQ sebelumnya "Seberapa pintar dia?". Dari perspektif MI, pertanyaannya adalah "Bagaimana cara dia agar menjadi pintar?" dan "Bagaimana mengarahkan kelebihannya untuk mencapai tujuan yang bermakna? "[10]
Dia menambahkan bahwa MI memiliki lebih dari satu cara untuk meningkatkan kecerdasan. Ini adalah mentalitas dengan pendekatan belajar dan mengajar. Karena pendekatan MI memungkinkan dan melatih kekuatan dengan cara yang berbeda dan memberikan tantangan bagi siswa dengan cara yang berbeda, juga merupakan alat yang berharga untuk bekerja dengan anak-anak dengan kemampuan spektrum-mereka yang berbakat dengan kekuatan di banyak kecerdasan atau sangat menonjol salah satu dari anak.  
a.      Pengamatan Dokumen Penilaian
Gardner (2011) menegaskan bahwa cara terbaik untuk menilai kecerdasan majemuk anak-anak adalah dengan mengamati mereka saat mereka terlibat dalam pengalaman. Ada banyak cara untuk melakukan pengamatan proses belajar siswa dan produk dari pengalaman mereka[11]. Patricia (2010) mengadopsi pendapat Gardner dan mengungkapkan sembilan metode yang paling tepat untuk penilian kelas anak usia dini.
1.    Catatan anekdot
Catatan anekdotal adalah alat yang paling umum untuk merekam pengamatan. Ketika Anda membuat catatan anekdot, membuat catatan tentang apa yang Anda amati. Pastikan untuk menulis catatan untuk satu hari karena ada kemungkinan tidak akan ada waktu untuk melakukannya nanti. Catatan ini memberikan informasi berharga yang anda ingin kan nanti.
2.    Sampel Kerja dan Portofolio
Portofolio adalah file individu siswa yang berisi contoh pekerjaan anak-anak. Sebagai anak-anak terlibat dalam proyek-proyek dan kegiatan berbasis MI, Anda akan memiliki banyak kesempatan untuk mendokumentasikan kemajuan mereka dengan menggunakan portofolio. Jadi portofolio mencakup contoh-contoh karya anak yang mencerminkan delapan kecerdasan. Sampel pekerjaan yang harus diajukan dalam portofolio meliputi: karya tulis, lembar data pemecahan masalah, lukisan, gambar, dan desain, foto-foto patung dan konstruksi, kaset pertunjukan musik, rekaman video drama, tarian, wawancara dan presentasi
3.    Rekaman Audio
Gunakan rekaman audio untuk mengumpulkan sampel dari bacaan anak-anak, uraian cerita, bahasa lisan, ekspresi, lagu, teka-teki, presentasi laporan, dan kemampuan musik.
4.    Camcorder (Handycam)
Gunakan camcorder atau handycam untuk merekam kemampuan anak-anak di wilayah yang sulit untuk didokumentasikan di lain cara, seperti drama kreatif, kegiatan kinestetik-jasmani, demonstrasi, dan proses proyek dan produk.
5.    Foto-foto
Gunakan kamera untuk mengambil gambar dari produk anak-anak yang mungkin tidak dapat dipertahankan, seperti sebagai konstruksi blok, proyek tiga-dimensi, model, karya seni yang besar, dan koleksi bahan alam.
6.    Jurnal Anak
Mintalah anak-anak untuk menulis jurnal pengalaman mereka. Jurnal mereka mungkin termasuk menulis pendapat, diagram, corat-coret, dan gambar.
7.    Wawancara Anak
Bertemu secara berkala dengan setiap anak untuk mendiskusikan kemajuannya, memutuskan sampel pekerjaan, menambah portofolio, dan menetapkan tujuan untuk pertumbuhan di masa depan. Mencatat setiap pertemuan di setiap portofolio anak.

8.    Daftar-pembanding
Gunakan berbagai daftar untuk mendokumentasikan prestasi siswa dan pengembangan konsep dan keterampilan. Alat-alat sederhana biasanya termasuk "ya" atau "tidak" kolom untuk merekam jika keterampilan dikuasai atau tidak.
9.    Penilaian Perbandingan
Penilaian perbandingan mirip dengan daftar periksa dalam bahwa mereka melacak pertumbuhan keterampilan khusus dan konsep. Namun, bukan rekaman sederhana "ya" atau "tidak," rating berkisar dari salah satu ujung spektrum yang lain. Sebagai contoh, skala rating mungkin termasuk sangat baik, baik, cukup, dan kurang.


[1] Yuliani Nuraini Sujiono. Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini (Jakarta: PT. Indeks, 2009), h.176.
[2] Linda Campbell dkk.  op.cit., h. 2
[3] Yuliani Nuraini Sujiono, op.cit.,  h. 177
[4] T. Amstrong, 7 Kinds Of Smart: Identifying and Developing Your Multiple Intelligences. Penguin Putnam Inc. Edisi Indonesia. Alih Bahasa T. Hemaya, 2002. 7 Kinds Of Smart: Menemukan dan Meningkatkan Kecerdasan Anda Berdasarkan Teori Multiple Intelligence. (Jakarta: PT. Gramedia, 1999). h. 89
[5] Howard Garner. Frame Of Mine The Teory Of Multiple Intelegence. Ebook Edition (California: Published by Basic Books, 2011), h. 6
[6] Indra Soefandi dan S. Ahmad Pramudya, op.cit., h. 43
[7] Patricia Phipps. Multiple Intelligences in the Early Childhood Classroom. (London: Frog Street Press, Inc, 2010), h. 6
[8] Indra Soefandi dan S. Ahmad Pramudya, op.cit., h. 80
[9] Indra Soefandi dan S. Ahmad Pramudya, op.cit., h. 88
[10] Patricia Phipps op.cit., h. 62
[11] [11] Howard Garner. op.cit., h. 256


Demikianlah Artikel Model Kurikulum Multiple Intelegences (Howard Gardner)

Sekianlah artikel Model Kurikulum Multiple Intelegences (Howard Gardner) kali ini, mudah-mudahan bisa memberi manfaat untuk anda semua. baiklah, sampai jumpa di postingan artikel lainnya.

Anda sekarang membaca artikel Model Kurikulum Multiple Intelegences (Howard Gardner) dengan alamat link https://vitabumins.blogspot.com/2015/12/model-kurikulum-multiple-intelegences.html